Sabtu, 08 Juli 2017

Dari apa yang Kamu Lihat

Aku, Diella
tinggal di kota yang kata orang ada romansa di setiap sudutnya, Yogyakarta.

Biar aku ceritakan apa yang aku lihat dari Kota ini.

Pada hari kerja,
aku akan bangun dan bersiap untuk memuaskan ketidak-tahuanku,
entah itu di dalam beton beratap atau di luarnya.

Perjalananku dimulai dari bagian barat-namun tetap di tengah Kota ini,
melalui jalan lingkar bagian barat menuju jalan lingkar bagian utara.

Pada pagi hari aku akan bertemu pemuda maupun paruh baya,
di perempatan lampu merah menawarkan entah itu koran, lap kendaraan, atau tahu sumedang.
Mereka tak sekedar berjualan.
Mereka tak boleh enggan dengan karbon dioksida dari mesin beroda juga sengatan matahari.
Mereka tak boleh enggan dengan para mengendara yang menyodorkan telapak tangannya, tanda menolak untuk membeli.
Mereka tak boleh enggan dengan berjalan menyusuri kendaraan yang berhenti di perempatan, lalu kembali lagi ke titik awal.
Begitu, berulang, seharian.

"Mungkin mereka berjalan sampai berkilo-kilo meter jika dijumlahkan,"- pikirku.

Kemudian, aku akan bertemu pria berseragam dari korporasi outsourcing yang bertugas membersihkan semua sudut bangunan beton tempat aku belajar. Biasanya kami akan bersapa dengan mengangguk, atau bersenyum, terkadang dengan sapaan selamat pagi.

Mereka tak sekedar membersihkan.
Mereka akan menjaga barang-barang tertinggal di dalam bilik belajar.
Entah itu buku catatan, telepon genggam, atau kunci kendaraan.
Lalu mengembalikkan pada empunya.

Hariku baru kulewati seperlimanya,
namun matakuliah tentang kegigihan dan kejujuran sudah aku dapatkan.

Jumat, 23 Juni 2017

They might Go First


Ramadhan is about to end in one.. two..

It has been great battleship between my dunya side and my want-to-have-good-life-in-here after-side.

All the blessings Allah gave to me somehow creates distance between me and Him; I am the one who create it, obviously.

I am eager, and wanting to be better human being; a better worshiper.

Toxic yang berusaha aku pelan-pelan hilangkan adalah the habit of judging, walau enggak sampai terucap, even judging within my inner voice is still judging.

As stated by Syaikh Prof. Dr. Muhammad al 'Ali that
"Di antara jebakan syaitan; suuzhan pada sesama muslim, selanjutnya syaitan akan jerumuskan pada ghibah."

OH BOYYY,
My inner-voice-of-judging will lead to very significant and big of sin; ghibah.
The consequence of ghibah is definitely not a joke.

“Kebanyakan dosa anak-anak adam itu ada pada lisannya”.
[HR ath-Thabraniy, Abu asy-Syaikh dan Ibnu Asakir. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 1201, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 534 dan al-Adab: 396].

The thing is; doing sin is not merely collecting more entry ticket to the neraka.
Doing sin is being arrogant, being like-the-most-powerful, neglecting the existence of The Greatest and The One and Only Allah.

Like whut, the death is obviously approaching and I am here still got time to be arrogant and lazy. Don't be dumb, Diella.

As my intention getting firmer to be better human being, Allah gives me a way. An idea to solve my habit of judging people.

Everytime I am about to judge people within my inner voice, I will think that
"Those people might go first to Jannah before me because of their hidden good deeds."

-
Ohya, I also found cool feed on instagram
"Ramadhan is not a month to only pause the bad habits. But to completely eradicate them."

-
SELAMAT LEBARAN SEMUA! Doakan Diella bisa bersih dari dunia pergossipan ya!

Cheers,
Diella

Jumat, 09 Juni 2017

(Definitely Not) Critical Review of Critical Eleven

Fyi aja tulisan ini ditulis di lab komputer setelah mata kuliah metopel.

Beberapa minggu lalu, aku dan Nisa memutuskan untuk nonton Critical Eleven dengan alasan
film Indonesia udah enggak ada bajakan di internet lagi (hehe). Selain itu, film adaptasi novel ini berasal dari karya Ika Natasha yang emang mumpuni dalam menulis plot romansa.

Ternyata ekspektasi aku sebelum masuk studio terlampau tinggi, ya walaupun enggak zonk amat karena pemainnya abang Reza Rahardian dan Adinia Wirasti; sosok yang udah bikin jatuh hati sama karakter kuat yang selalu dia bangun di semua film. Favoritku adalah film Laura dan Marsha!

Ketika nonton Critical Eleven, ada satu pertanyaan besar yang sampai sekarang masih terngiang di kepala.

"Kenapa permasalahan (di luar kebutuhan dasar) muncul hanya ketika semua kebutuhan primer tercukupi?"

Oke pertanyaan di atas emang such a dumb question, thus I am further questioning;

"Kenapa tidak ada permasalahan sekunder/ tersier terpikirkan dan muncul ketika manusia masih berkutat dengan permasalahan primer?"

Still dumb question, I know, I am further questioning;

"Apakah teori kebutuhan maslow itu juga berlaku pada penyelesaian masalah?"

Okay, back to Critical Eleven.

Lihat aja, kehidupan Ale dan Anya bisa dibilang udah lebih dari tingkat tersier kali ya. Diceritakan semua kesuksesan material mereka. Kemudian, permasalahan romansa muncul tanpa adanya kebutuhan primer yang harus dipenuhi.

I think this kind of pattern is always used in any kind of fiction as well.

Pun di novel The Sun is also a Star karya Nicola Yoon, keadaan Natasha yang sebenarnya emang sesak secara material, kemudian ditambahkan dengan permasalahan romans dengan Daniel. Still, Natasha tetap condong sama permasalahan primer dia.

I know this is such a very unimportant curiosity, but I am just way too curious.

----

Is this all about priority or marginal people just don't deserve that kind of problems; which is not fair I guess.

Minggu, 05 Maret 2017

21 Crisis

If we are friends in Instagram you probably have known that I start to get my poems published on IG.
There are a good news and the bad one within this post.

The good one
I AM TURNING TWENTY ONE THIS YEAR
twenty one always sounds cool, isn't it?

Alhamdulillah,
all gratitude towards Allah that I have been living 21 years with happiness, wonderful families, bestfriends, friends and anyone who has been offering lessons learnt within my entire life.

Allah, the Greatest who never let me suffer from hunger
Allah, the Greatest who never put any "tests" beyond what I can bear
And Allah, the One who always forgive me despite the terrible-kind of human being I am.


The bad one
As I experienced losing a very good friend of mine last year,
As I felt betrayed for the things I cannot reassure,
As the deep cuts I felt,
As I overthink of something simple,

The early of 2017 was not an easy start for me that I had struggled for few particular crises, that I call 21 crises. 
HAHAHAHA, lame I know.

Somehow, I feel like I have trust issues in area that I used to put huge belief in.

During this period of time, there is something which is NOT so me - within myself.

I decided not to talk to anyone unless it is very important.
I decided to put my headset on, and bring something to read - yeah, avoiding anyone to talk to me.
I swear, I do not have any intention to offend anyone - for sure. Or even piss off anyone who is trying to have small talks with me.

Deep down there, I still want to give my genuine smiles and hellos that I used to give as always.

But, in this period of time
I just want to get my works done, and that's it.

As I read a hadist stated that
"Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia." - Ali Bin Abi Thalib

I come to realize that the cuts I felt are simply because I put hope on place where I shouldn't put.


“dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. (94): 8)

To wrap up,
I want to shift this case to the simpliest as it can be
To keep giving my finest genuinity and sincerity I can give
and the most important thing is to expect nothing in return
unless His acceptance.

I know it is not easy, no one says it is easy either. But, let's put efforts in that!

Have a nice Monday!

Diella

Senin, 23 Januari 2017

Hari dan Hidup

Biru pagi menemani jalan menuju asa

Disambut jalan yang longgar
Disapa petir dan hujan

Menuju cita dan kamu


-
Diella

Sabtu, 07 Januari 2017

EuroSnippet (Ep.1)

Terima kasih pada saudari Shelly Tsania sudah naik bus dari Pforzheim ke Frankfurt selama 3 jam dilanjutkan
dengan Frankfurt ke Berlin selama 11 jam dengan leher dan bokong yang gempor.

Episode kali ini tidak akan panjang, karena Diella sedang dalam lingkaran tak berujung bernama Ujian Akhir Semester. Enggak ding, berujung kok besok tanggal 17.

2016 penuh dinamika yang menyenangkan, tapi ada juga pait pait dikitlah. Salah satu dari hal pokok yang menjadi pusat dinamika di 2016 adalah mempelajari manusia. Iya, observasi spesies diri sendiri. Seperti blog favoritku Mangkuk Kata bilang, bahwa mengamati manusia itu menyenangkan, menghadapinya saja yang menyusahkan.

"You can manage your money, but it is not the case when it comes to human."

Kita, manusia adalah bagian paling tidak dapat ditebak yang ada di seluruh muka bumi. Lalu, sebagai mahasiswa bisnis aku dituntut untuk benar-benar memahami manusia. Kan gila.

Dengan justifikasi bahwa yang menjalankan bisnis itu manusia, nilai dari bisnis tersebut juga untuk manusia, jika aku pemimpin; aku harus mempimpin manusia, jika aku pengikut; aku dipimpin oleh manusia. Omong kosong dengan barang atau jasa yang aku tawarkan, jika aku tidak memahami manusia maka aku tidak memahami bisnis.

Iya masuk akal, namun untuk dapat 100% memahami manusia itu tidak masuk akal.

Ketika sampai di Berlin dari Hamburg, Rizka dan aku janjian di depan KFC yang letaknya sangatlah terhalang gelapnya kehidupan Berlin. Muter setengah jam dan kemudian aku melihat siluet shaiank Rizka lalu selama 3 jam kami muterin Christmas Market di Alexander Platz sambil bercerita banyak. Riz, dirimu harus tau aku rindu nonton bersamamu. Cinta banget lah datang ke Berlin jauh jauh dari Feransis.

POKOKNYA RENCANA NONTON BARENG LEWAT SKYPE KUDU TERLAKSANAKAN!


Paginya, sekitar jam 9 pagi Shelly muncul di lobby, kami caw menuju stasiun kereta di sekitar Alexander Platz. Agak nyasar karena kami sok tau, kemudian Shelly tanya ke mba-mba yang sedang jalan santay pake bahasa Jerman! Omg, you make mama proud.

Tujuan pertama kami adalah ke Tembok Berlin, saat ini terkenal dengan nama East Side Gallery.  Konon katanya, ini adalah gallery terpanjang di dunia (ya iyelah orang bekas tembok yang ngebelah satu negara). Dari tembok yang ujungnya nggak ngerti lagi berakhir di mana, cuman ada satu spot yang ramai orang foto.

Foto dua bapak petinggi Soviet dan Jerman kissing each other in a very passionate kiss, EW JIJIQUE! 
That picture is not a joke, itu adalah realita yang terjadi pada 1979 ketika anniversary ke 30 Republik Demokratik Jeman dan Jerman Timur. Mereka bilang itu adalah ciuman persaudaraan petinggi sosialis, but EW! You can still be saudara tanpa kudu ciuman begitu, pak.

I dont understand, dan mungkin para delegasi dalam forum tersebut juga nggak nyangka kalau pempimpin mereka akan berciuman dalam forum resmi. Ya semata karena mereka manusia; spesies paling tidak bisa ditebak di muka bumi.

2016, tahun di mana yang awalnya asing menjadi orang terdekat dan orang yang aku pikir akan selamanya dekat, sekarang menjadi asing.

Ya, kita tidak akan mampu secara pasti memahami dan menebak kita; manusia.

Ohiya, perjalanan kami lanjutkan ke Holocaust Memorial, numpang ngehangatkan diri di coffee shop, pipis bayar 1 euro (pipis-bayar-14ribu), sholat di ruang ganti H&M, menyaksikan Shelly bahagia makan burger walau gagal beli di The Bird, muter di Hackersh Market cari souvenirs yang harganya ja0000h lebih murah dari di pusat kota, ke Museum Altes, dan foto di depan bangunan yang kita kira Berlin Dom, TERNYATA BUKAN! bego emang HAHAHAHAHA

ps. Riz, kata mama cepet pulang.
ps. Shel, jangan lupa piring piring untuk mama.




Rabu, 21 Desember 2016

EuroSnippet (Ep. 0)


This is not merely a trip where the happiness is 100%
With the other 5 people I adore,
We had been pulling the suitcases for not just few kilometres
Catching the trains with flipping moods
Looking for the taxis with the cold attacking the deepest bones of ours

Laughing at all the little small things happen inside our hostel room
Ensuring the well being of each other

This is not merely a trip where the happiness is 100%
Where I need to face a lose as a winner, winner for my own at least
Where the happiness, gratitude and slight disappointment are perfectly mixed by the end of my throat
Where I feel the coldest and warmest at the same time
Where every steps in Hamburg were fulfilled by both hopes and worries

This is not merely a trip where the happiness is 100%
Jaw-dropped by the magnificient Charles Bridge, by the beauty of old town square, by the stairs we stepped to be ‘slapped’ by the charm of this city; Prague

This is not merely a trip where the happiness is 100%
The bustle of Berlin where many Germans call it as their pride-metropolitan, for a while calmed by the warmth of Christmas Market where the families, friends and the loved ones enjoying the night of December

Where my heart is slightly broken by the separated families addressed as East and West Germans; divided by just a 5 meters-height of wall
Where my heart is choked up by the fact that people were killed because of their certain belief, and memorized by the simple grey monument called Holocaust
Where my eye is wide-opened by the fact that two leaders decided to kiss (yes, it is French kiss) each other in a formal conference to ensure that the cold war really ended

The cold of Berlin witnessed the reunited of three girls, wandered around the blinking Christmast Market, laughed around the H&M shops yang betebaran udah kayak indomart, impressed by the little souvenirs shops, and enjoyed the history of this crowded town.

This is not merely a trip where happiness is 100%


ps. Episode 0 ini adalah gambaran kasar se-kasar permukaan sandal terapi yang tajem-tajem itu,
aku akan lanjutkan beberapa episode selanjutnya dengan cerita yang lebih asique!
Cheers
Diella

Senin, 17 Oktober 2016

Saya (adalah Tentang Kamu)

ucap Celeste Headlee dalam pidatonya,
bahwa ada efek seperti menghirup kokain ketika kita berbicara tentang diri dan mendominasi dalam sebuah percakapan

bahwa tentang "saya" dan "saya" tidak melulu baik dan cenderung tidak mendengarkan

namun bagaimana kalau tentang saya itu adalah tentang kamu
kamu yang membuat saya ini menjadi saya
saya yang menelusuri jalan saya, untuk menuju kamu

namun bagaimana kalau tentang saya itu adalah tentang kamu
jika saya sebuah lagu, kamu adalah ritme pun melodi
lagi lagi tentang saya adalah tentang kamu

namun bagaimana kalau tentang saya itu adalah tentang kamu
tidak ada saya, tanpa kamu


Yogyakarta, 17 Oktober
Menulis ini ketika tidak sengaja mengingat kamu dalam pengerjaan tugas International Financial, kelas Bapak Bachruddin yang harus dikumpul besok jam 7 pagi.

Selasa, 11 Oktober 2016

To be More Human

If I can I will marry those people who look eye to eye while having conversation and keeping their phones in the deepest pocket of their bags.

Pernyataan di atas kudu wajib 'ain di bold, underline dan italic kalau bisa font 72 sekalian.

Celeste Headlee is one of my favorite TED speaker, The brilliant ideas in her speeches are jaw-dropping. No, she is not talking about big fancy things, but she is talking about small, humble, simple but fundamental thing of being a human being; communication.

Our smartphone is not smart enough to help us to communicate, it just helps us to deliver messages. Our presence, empathy, and intention to listen are things we often forget what conversation is all about.

Malas spoiler, mending simak dengan pikiran terbuka dan hati gembira. I have compiled her 3 videos in youtube for you.





Sabtu, 08 Oktober 2016

MOTHER



I've just been back from Jakarta by train, and kesentor AC for 8 hours. I felt like living for 8 hours in a moving freezer. Got home at 6.30 am and got ready for uni at 9 am, was preparing for marketing communication presentation and 3 subjects for a that day while having great migraine.

What a day.

All I need was my mother. Having warm conversation with her, with no phone at our hand. Just faces that facing to each other's. AND MAGIC MY MIGRAINE GONE LIKE IN A SECOND!

Mother is breath and heart rate; requisite to live.

I feel like I need to immortalize my mother.

Whether me or her who is "called" first, I just don't want to be separated from her soul.


Rabu, 28 September 2016

Live Sky Update!

I have been doing my tiga tugas sekaligus salah satunya presentasi untuk hari ini. Yes hari ini. My bad time management is calling.

Tapi ketika lihat ke jendela, mashaAllah langitnya mustahil untuk dideskripsikan dengan huruf. And click!

Can you see the crescent moon right in the middle? Cantique kannnn

Dawn sky is magic even the silhouette of antena TV becomes sophisticated! 

Selasa, 13 September 2016

Cheesy Alert!

Begitu mudahnya aku jatuh hati pada siapapun yang selalu merendahkan hatinya.

Mereka sudah jadi pemenang sebelum perang; perang dimana sebagian lain berlomba menang menyatakan diri ke semesta.
Tapi mereka tetap tenang seperti langit yang tidak perlu berkata bahwa dia tinggi.

Mereka tak perlu merepotkan diri demi pengakuan sosial. Tak cemas atas citra.
Karena mereka tau, ada yang jauh lebih hakiki dari sekedar membangun citra pada sesama.

Untuk mereka: terimakasih atas sejuk yang kalian semai di antara gerah orang perlomba menyerukan predikat diri.



Yogyakarta, 1 Desember 2015

Diella dalam program #KalahkanDwitasari

VERY IMPORTANT ANNOUNCEMENT!

When you are in a place other people call stationary shop,
But you call it heaven
You feel extra excited
You feel your blood flowing back and fort to your heart
Your pupils are bigger
Smile ear to ear

If you feel so,
LETS BE BESTFRIEND AND BELANJA ALAT TULIS BERSAMA!

Jumat, 02 September 2016

Romatic Side of Horror Movies



Diajakin nonton film horror adalah kelemahan daku, daku tak kuasa untuk menolak.

I love horror movies and I am the one who scream the loudest ya, harap maklum.

Obsesiku terhadap film horror dimulai dari sekuel Insidious, ya sebelum itu film horror termasuk ew! list dalam hidupku. Konsep film horor dengan darah dimana-mana dan bunuh-bunuhan is no no for me, apalagi film horor berkonsep setan yang keramas. OMG, suka gagal paham eke.

Film horor Thailand juga, aksen dialog mereka.......jadi lawak filmnya :(

Hari Rabu minggu lalu bisa dikata hari yang lumayan panjang, kemudian ada pesan dari Farah

F: Ayo ketemuan jam 4 JCM, terus lanjut Lights Out.
D: Lights outnya jam berapa?
F: Jam 6.45
D; Aing dateng abis magrib yaw
F: Jalan dulu lah sebelum itu
D: Malas

Sorry Far, you know which I want the most. *evil laugh*

I am a hardcore fan of film horor yang berkonsep family-bonding, dan ternyata Lights Out juga!

Rasanya hebat aja, dalam film yang bikin orang jerit-jerit juga suka nggak sengaja cakar temen sebelah, ada pesan yang bikin leleh; the love of family.

Tau kan gimana usaha sang Ayah mencari anaknya di dunia (yang entah dunia apa) dalam Insidious 1 & 2?
Juga rasa kangen anak perempuan ke mendiang Ibunya sampai dia terus ingin komunikasi, dan jadi akar masalah di film Insidious 3.

Juga gimana hangatnya keluarga Warren dalam pembasmian isu per-cenayang-an!

Even horror movies are romantic for me, kecuali yang keramas, loncat-loncat dan bunuh-bunuhan ya, I need to emphasize this.

Plus for those yang nutupin mata kalau nonton film horror, terutama Aya; teman setia nonton sekuel Insidious yang nutupin mata pake LKS dan cuman liat subtitelnya doang. Geez, you all better give your 35K rupiah to me.

Happy weekend cool people!
Diella
My other family; Mama Fida dan annoying sister Farah.
Jangan heran, Mama Fida sedang mimikri sama kursi XXI.

ps. Ada rekomendasi film horor yang berkonsep family-bonding lain?


Jumat, 19 Agustus 2016

Perihal; Kamu dan Dirimu


Sejujurnya ada yang aku merasa ew! dari sebuah liburan panjang. Kalau aku bilang aku bahagia liburan, itu lebih banyak bualannya; biar terlihat seperti manusia normal aja. Kecuali liburannya keliling timur tengah dan santai-santai minum es teh di Marrakesh ya.

Kenapa aku ew! dengan liburan?

Karena ketika liburan, I have too much leisure time kemudian aku akan terlalu banyak berpikir.

E.g

  • What have I done for my life and people?
  • I learn business at uni, but which theories that I have expertised and put into real practices?
  • I am enough with going to uni lalu ujian lalu ngasal atau merasa bisa lalu lupa.
  • And those 20s year old people in instagram who are traveling to places with no-self-funded at all karena jasa atau kecerdasan mereka. Geez those people makes me gemas with my self like kita sama sama 20an tahun but I have done almost nothing.
Another ew! moments of liburan panjang adalah; I stay at home too much and have no one to talk to.
Ini bisa bikin gila. Ya karena aku masih dalam proses recovery sakit dbd beberapa minggu lalu, dan memang masih lemezh buat keluar rumah seharian.

Emak Bapak pulang sore karena bekerja, ya I talk to them. I just need more people to talk to.

Kemudian aku dedikasikan minggu ini untuk keluar rumah setiap hari dan bertemu dengan teman-teman terkasih.

Bertemu dengan teman-teman tesayang, mendegarkan cerita mereka dan mereka mendengarkan aku bercerita. It is like painkiller of my stressful-self-unsatisfying-mode. Tetapi hanya painkiller, tidak mengobati.

Ohiya, kemarin aku bertemu dengan Hadi dan Harits; the dudes of my life. Mereka yang dua tahun lalu memberikan bingkisan ulang tahun berisi Indomie, but the letter attached membuat Indomie itu priceless! Ceritanya klik di sini!

Dilanjut catching up dengan SekJenTik (Sekretaris General Cantik. Ew.) , Zhifa. Dengan obrolan yang sangat berbobot seperti:

Z: Iya di Ambon aku tiap hari makan nasi Padang, yel.
D: Jadi di Ambon ada nasi Padang, Zhif?
Z: Bukan! Nasi Pekanbaru adanya.
D: Emang ada?
Z: YA NASI PADANG LAH DIEL, WARUNG PADANG ADA DI MANA MANA.

Hehe. Sorry not sorry.


Ketika sudah berpisah lalu aku sendirian di tempat tidur, aku akan alay kebanyakan mikir lagi.

Kemudian aku memutuskan surhat dengan Nindi, calon psikolog yang aku yakin setelah lulus doi akan melenceng dari titel S.Psi; doi bakal jadi saudagar penakluk dunia perdagangan. Aing jadinya bingung surhat sama ngana.

Salah satu benang merah dari kegelisahan aku adalah:

kita sering lupa bahwa hidup itu

perihal kamu dan dirimu. Kompetisi antara kamu dan dirimu.


Selamat wiken!

Diella, 20 tahun, sedang punya self-issue dan butuh bertemu banyak orang untuk berbicara. Anyone else has self-issue?

Selasa, 16 Agustus 2016

throwback; THAILAND

Baiklah

Liburan yang sangat menyenangkan aku habiskan hampir seminggu di kamar rumah sakit yang tempat tidurnya sangat membuat Simboke bahagia; ada remot yang bisa naik-turun-miring si dipan.
Juga berjumpa dengan mas laborat yang mengambil darah sehari dua kali; bisa cinlok saya mas.

Ohiya, ada funfact dari rumah sakit yang aku sadari, yaitu

Mau menu makannya selalu ganti sehari tiga kali, rasanya semua sama sahabat. Serasa mejik sekali memang.

Kemudian di hari ke-4 Amanda Rizka membawakan nasi ayam KFC yang sangat berjasa memanusiakan lidah saya!
Di hari ke-5 Anindita membawakan kebab juga Mbak Kinan membawakan masakan Fikri, si calon chef hebat yang dijual di Food Festival di JEC; Chick This Out!

Plus wtwt yang bawa ransum penuh gizi.

You guys are my saviors, really!

Seminggu lebih bergulat dengan trombosit juga mabok jus jambu plus angkak dari Arba reminded me of the Thailand trip tahun lalu.

Jam tiga pagi buta..
Naik ambulans..
Ke rumah sakit akademik Mahasarakham University..

Karena

Alergi seafood kambuh! HA HA HA

Let me ask, what is best about Thailand? Seafood pak bu mas mbak!
And I am allergic to it.

Learning point: kita suka lupa kalau hidup sebenarnya adalah kompetisi dengan diri sendiri....

....untuk tidak makan seafood kelewatan sampe sekujur tubuh bengkak dan muka kayak abis dihakimi masa

Selama perjalanan di ambulans jam tiga pagi aku ditemani oleh Buddy bernama Am, yang dengan sabar mentranslate pembicaraan antara aku dengan abang dokter. Juga menjelaskan tata cara minum obat yang tulisannya pakai Thai alphabet (aksara jawa aja kaga bisa saya baca).

Paginya saat sarapan anak-anak ketawa prihatin pas aku bilang
"Ini pertama kalinya aku naik ambulans sebagai korban jam 3 pagi, korban tomyam udang semalem."

Di Mahasarakham aku berhutang budi ke Am karena pagi buta aku 
1. ketok kamarnya
2. kaget liat mukaku
3. temani aku ke rumah sakit

Trip kami lanjutkan ke Bangkok, sempat kesasar ketika mau ke Asiquatiqe
"Kok kita masuk gang begini ya."
"Berasa di GTA guys, balik balik gelap banget ini."

Imajinasi kami sangatlah advance sampai ada di titik; takut dibegal pemain GTA.
Like seriously.

Sejak berangkat sampai balik Jogja, hutang budi aing sama Mas Anan a.k.a Beruk. Your kindness is beyond bro, terimakasih banyak dan doakan saya secepatnya bisa balas budi yak!

Mas Beruk, Mas Kevin, Manda, Angel dan Irene, thank you for the trip!

Cheers!

Diella, yang suka ngerepotin orang.

Dapat bunga dari Tata Mags Sel sayangku.


Sabtu, 13 Agustus 2016

Tidak Genap


Ada yang tidak genap, di bawah lampu neon redup di ruang tengah
Rupanya, ada yang belum seutuhnya terbebaskan
Merantai dalam idealisme yang tak kunjung terpuaskan
Prinsip ketat mencekik diri ternyata

Halo, aku berjumpa dengan pantulan diri
Menanyakan masa depan yang kata orang bisa dirancang
Kemudian aku merasa senewen; ganjil

Berdamai dengan diri menjadi syarat
Hai, mari berdamai
Rupanya, ini tak sederhana
Lalu menjadi rumit

Dari nol ya, mbak
Nyatanya aku bukan pom bensin
Tidak semua bisa dari nol, ketika sudah dibangun pondasi
Jangan menipu diri, mbak

Bahkan belum kamu temukan dirimu
Jangan muluk dengan konsepmu
Pergi
Ciptakan langkah, temukan dirimu

Tidak genap rasanya, ini dirimu tapi asing
Rupanya