Kamis, 26 Juli 2012

Kenapa, Karena, Ternyata

Kenapa?
kenapa Diel sang wanita perkasa yang kuat dorong truk pakai kentut jadi jarang blogging.
Kenapa? Salahkan jiwa hati Diel yang sedang sama sama cacatnya kayak jaringan internet di rumah.

"Kenapa sih harus sekolah?"
Karena kalau nggak sekolah nggak dapet uang jajan. Nggak dapet temen banyak. Nggak bisa belajar gimana caranya tanya jawaban ketika ulangan. Dan nggak bisa mendewasakan diri dengan masalah yang kecil sampai sebesar cinta Diel ke bika ambon rasa keju.

"Kenapa harus punya mimpi?"
Karena punya pacar nggak bisa ya punya mimpi dulu. Nyicil sikik.

"Kenapa Diel belum bisa move on?"
Karena jarak apapun nggak pengaruh sama keadaan statistik "move on" milik Diel. Sebut saja Bambang. Dengan keadaan Bambang sedang ada di Praha dan gue yang dua minggu lagi minggat ke Melbourne untuk beberapa lama tetep aja nggak bisa 'mlaku sithik.' Dengan keadaan sama-sama nggak pernah ngabarin satu sama lain, tetep aja nggak bisa move on. Dengan keadaan lagu-lagu galau di handphone sudah hilang bersama hilangnya handphone tersebut, tetep aja, tiap setel radio yang nongol lagu galau semua.

"Kenapa orang pacaran ada dimana-mana?"
Karena mereka nggak paham sama perasaan hati jomblo ngenes elite kayak gue.

"Kenapa kelas IPA materinya sebanyak retakan di hati para jomblo?"
Karena gue aja yang emang cengong.

"Kenapa sekarang ini Diel sedang sedih?"
Karena Diel sedang tidak bahagia.

Pasangan dari Kenapa itu ada dua, yaitu Karena atau Ternyata. Mungkin gue bisa di-analogi kan sebagai kenapa yang sampai sekarang belum menemukan Karena dari segala hal yang gue tanyakan. Gue pun juga belum menemukan Ternyata dari semua hal yang gue perhatikan. Entah Karena atau Ternyata yang akan gue dapatkan, mungkin dari konteks pertanyaan si Kenapa kali ya. Tinggal mana yang cocok untuk kata depan jawaban, Karena atau Ternyata.
Yang jelas, semenjak masuk SMA banyak kata Ternyata dan Karena yang gue dapatkan.
Ternyata tiap melakukan sesuatu kudu diawali dengan memposisikan diri dengan bijak.
Karena kalau tidak bijak bisa menyakiti hati orang lain.

Yang harus dipahami sih, tiap pertanyaan Kenapa nggak selalu ada jawabannya.  Nggak semua ada penjelasaannya, kadang kita sendiri yang harus menjadi guru untuk menjelaskan ke diri sendiri.
Kenapa emang Diel?
Ya itu tadi, semua Kenapa nggak selalu punya Karena dan Ternyata.

Selamat Tidur dengan jutaan Kenapa di kepala :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar