Rabu, 26 Juni 2013

Pencurahan Hati Saya

Baiklah, akhirnya saya menemukan waktu tenang untuk menulis setelah... Sejujurnya kalimat sebelum ini sudah aku tulis dua jam lalu, tersimpan di draft karena ibu saya suka permainan "yelling-your-name-and-you-gotta-out-the-room-for-just-answering-her-question-which-rice-is-better-to-be-cooked-for-today-red-or-white.". Dan banyak game "yelling-your-name-and-you-gotta-out-the-room....." yang lainnya. Atau adik saya yang suka bermain "keluar-masuk-kamar-tapi-pintunya-nggak-ditutup-kembali-dan-bagaimana-saya-bisa-menulis-kalau-bolak-balik-nutupin-pintu-kamar."

Cukup.

Liburan sudah dimulai 5 hari lalu, dan selama 5 hari aktivitas saya tidak lebih dari guling-sana-guling-sini-liat-conan dan tentu bermain game kesukaaan ibu dan adik saya.

Well, semua dimulai dari kata changing. Semua seakan berubah. Merubah segala hal kecil yang seakan dirubah secara rajin, ter-list secara rapih. Saya memutuskan untuk merubah alamat web blog ini menjadi tidak alay, namun bagainamapun juga cekidotdiella adalah injakan pertama setelah diari alay yang saya tulis sejak umur 7 tahun. Well, seakan semua sudah diberi jatah sendiri-sendiri untuk berubah. Adik saya yang dulunya gendut kayak boboho, sekarang dia kurus dan bahkan lebih tinggi dari kakaknya, atau komik monica yang terakhir terbaca 10 tahun lalu dan novel kesukaan saya bergenre teenlit yang terakhir dibaca 4 tahun lalu seakan tersingkirkan oleh buku-buku tebal berisi rumus-hapalan-soal yang kata guru saya harus diselesaikan. Tugas yang sudah tak terhitung juga turut melarang saya menyentuh kesenangan-kesenangan masa kecil, bahkan ice cream seakan tak boleh ikut mendinginkan hati karena kafein menuntut untuk dihisap, demi mata yang terjaga menyelesaikan berbagai tuntutan seorang pelajar.

Iya saya tahu, jenjang saya barulah jenjang rendahan. Jenjang saya masih disebut hanya sebagai "menengah atas". Dan saya tahun bukan waktunya untuk mengeluhkan hal masih berada ditengah.
Tapi seakan usaha saya tidak di-upah-i, seakan saya bekerja keras pada angkatan perang negara lain demi angka 75 yang tak boleh kurang dari itu, demi sesuap oksigen untuk terus bertahan dalam jenjang yang BARU menengah atas tersebut. Bukan bagaimana susahnya banyak hal yang ada di jenjang itu, saya tahu bahwa saya punya wewenang untuk merubah diri saya sendiri. Namun ketika kendalanya ada di orang lain? Bisa apa saya.

Pagi ini saya keluar rumah, menghisap udara yang sudah 5 hari tidak saya punyai. Mencari sarapan pagi yang tak jadi karena ibu saya lagi lagi bermain game "yelling-your-name-and-you-gotta-out-the-room-eat-the-breaky-that-had-been-cooked". Saya sempat melihat seorang paruh baya pembawa koran setiap pagi yang senyumnya tidak pernah absen menyambut tunggingan bibir saya. Tapi siapa tahu dibalik senyum murah si loper koran, ia memiliki 5 anak yang salah satunya berjuang melawan kanker karena uang ayahnya tidak dapat ikut andil menolongnya. Siapa tau si loper koran menanggung hutang sang ibu yang bahkan tak ada barang apapun yang bernilai untuk dijual.

Atau seorang penyiar radio yang terlihat ceria ketika on-air menyambut para pendengar dengan sumringah namun akan kembali meratap menangis  di meja call-box-nya ketika lagu-lagu sedang dimainkan. Bisa saja seorang MC memandu acara hura hura sweetseventeen seorang remaja, yang ternyata MC tersebut sedang memerangi hal berat dalam kalbunya. Tak ada yang tahu dengan orang lain. Makanya jangan sok dong. Lah ini kenapa gue jadi galak bener..

Dan selembar deretan angka dalam map tebal yang diberikan setiap akhir bulan juni tak bisa diremehkan, seakan memiliki sugesti kuat, entah menjadi alasan untuk tertawa atau hanya diam berevaluasi selama 21 hari beristirahat.

Beberapa paragraf dari seorang penulis tak bisa diremehkan atas keadaan dirinya. Lirik lagu mungkin hanya satu satunya yang memahami seorang musisi. Masih saja banyak yang saya heran kan. Saya memang tidak memahami sama sekali bagaimana segala tetek bengeknya, namun saya yakin ada sistem yang sudah dibuat demi keadilan, dan saya tidak yakin apakah sistem itu diindahkan atau tidak.

Saya besar atas segala sistem yang benar benar menjemukan. Saya tumbuh sebagai saksi atas orang-orang berilmu yang dikalahkan bahkan dibunuh oleh sistem.

Saya tahu perubahan menjadi lebih baik tak selamanya akan diiringi oleh hal baik, namun keyakinan atas tujuan akhir yang baik yang membuat saya tetap kokoh kayak nyonya menir yang berdiri sejak 1956, untuk masa depan yang seolah tertutup kabut. Namun saya tahu dibalik kabut ada jalan, cuman susah aja diliatnya tapi kan ada senter, ada lampu emergency yang segede kulkas. Kalau baterenya abis? Tinggal beli noh di alpa maret banyak. Dan kabut akan hilang ketika matahari datang, bukan?

Ini bukan soal sakit hati atas kawan yang menang dengan perjuangan yang berbeda. Atau mungkin dengan segala katalis yang digunakan. 

Untuk semua yang berjuang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar