Jumat, 26 Juni 2015

Being Ready or Just in Need

Sampai detik ini misteri kenapa "hasrat ingin ngeblog selalu bergelora saat tugas-tugas menumpuk" masih belum terpecahkan. Paper finance yang kemarin direvisi berhenti di 70 kata pertama yang 40 katanya adalah cover paper. Entah beberapa minggu ini otak bekerja seperti laptop, it is not responding every 5 minutes.

Sebulan lalu aku ditemani Rizka ngerjain paper via tilpun gratisnya LINE, 3.5jam ngobrolin hal tak berbobot hingga percakapan kami sampai di "kayaknya emang aku udah terlampau nyaman sendiri deh yel" (apakah ini harus di cite ke Kunto Aji supaya tidak menjadi plagiarisme, Prof?)

Iya. Bener. Bener juga. BeJug. BenUga. NerUga.

Aku pun ngapa-ngapain sendiri. Sudah nyaman untuk tidak terikat dengan apapun, siapapun.
Kalaupun handphone lowbat gak pernah resah takut gak bisa komunikasi sama si pacar. Cukup minta pulsa sms teman "Ibu ayah hpku mati. Diel"

Aku nyaman untuk menghabiskan waktu dengan segala tugas, film, drama, buku. Sendirian. Di rumah.
Aku nyaman untuk berbagi dan menjadi tempat keluh kesah senang teman-teman dekat.
Tanpa harus bingung Minggu ini akan kemana.
First anniversary mau apa.
Intinya aku nyaman untuk tidak terikat dan mengikat.

TAPI
GHUE UGA MANUZIA

Obrolan 2 jam dengan Rizka disela-sela kesibukan hari ini sambil makan snowball yang aku bilang eneg tapi kuhabiskan hingga tetes terakhir, menyadarkan sesuatu.
Tidak selamanya aku akan ada di lingkup nyaman untuk melakukan semuanya sendirian.
Rizka yang sebulan lalu mematenkan lagu Kunto Aji sebagai jalan hidupnya, toh sekarang soundtrack of the day Rizka saat ini pasti lagu-lagu penuh bunga, cahaya bintang, kupu-kupu, ulat, kepompong, yak itulah fase metamorfosa. (iya mz kebalik)

"Surprise Murah", kata Rizka.
Adalah ketika hal-hal kecil yang berarti jauh lebih besar dan membekas.
Sapaan sederhana yang berujung duduk berhadapan di meja rumah makan.
Percakapan yang jauh dari gugup, kaku dan senggan seakan sudah saling mengenal sejak jaman Rabiul Awal.
Topik baru yang selalu muncul ketika "tutup halaman untuk hari ini" terpikir.

"Selera humor is crucial", kata Rizka lagi
Aku saut dengan lantang "SETUJU"
For me, a perfect relationship that I have been dreaming of is formed by love, tears and laugh
To love, to make failure then laugh at the foolery we have made before. Repeat.
Love and laugh is totally crucial.

I do envy you Rizka, and congratulation anyway.

Di sisi lain aku tau bahwa ketika aku hanya butuh disaat aku lagi edan tugas, saat itulah aku belum butuh. Jelasnya, aku belum siap. It is about being ready or just in need.

Toh juga aku cukup menganut kepercayaan "tulang rusuk tidak akan pernah tertukar." jadi dibawa ZANTAE ZAJHA

Whoever you are, I will give my finest love and laugh for you.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar