Tampilkan postingan dengan label Ada Ketek Galau. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ada Ketek Galau. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 Agustus 2016

Perihal; Kamu dan Dirimu


Sejujurnya ada yang aku merasa ew! dari sebuah liburan panjang. Kalau aku bilang aku bahagia liburan, itu lebih banyak bualannya; biar terlihat seperti manusia normal aja. Kecuali liburannya keliling timur tengah dan santai-santai minum es teh di Marrakesh ya.

Kenapa aku ew! dengan liburan?

Karena ketika liburan, I have too much leisure time kemudian aku akan terlalu banyak berpikir.

E.g

  • What have I done for my life and people?
  • I learn business at uni, but which theories that I have expertised and put into real practices?
  • I am enough with going to uni lalu ujian lalu ngasal atau merasa bisa lalu lupa.
  • And those 20s year old people in instagram who are traveling to places with no-self-funded at all karena jasa atau kecerdasan mereka. Geez those people makes me gemas with my self like kita sama sama 20an tahun but I have done almost nothing.
Another ew! moments of liburan panjang adalah; I stay at home too much and have no one to talk to.
Ini bisa bikin gila. Ya karena aku masih dalam proses recovery sakit dbd beberapa minggu lalu, dan memang masih lemezh buat keluar rumah seharian.

Emak Bapak pulang sore karena bekerja, ya I talk to them. I just need more people to talk to.

Kemudian aku dedikasikan minggu ini untuk keluar rumah setiap hari dan bertemu dengan teman-teman terkasih.

Bertemu dengan teman-teman tesayang, mendegarkan cerita mereka dan mereka mendengarkan aku bercerita. It is like painkiller of my stressful-self-unsatisfying-mode. Tetapi hanya painkiller, tidak mengobati.

Ohiya, kemarin aku bertemu dengan Hadi dan Harits; the dudes of my life. Mereka yang dua tahun lalu memberikan bingkisan ulang tahun berisi Indomie, but the letter attached membuat Indomie itu priceless! Ceritanya klik di sini!

Dilanjut catching up dengan SekJenTik (Sekretaris General Cantik. Ew.) , Zhifa. Dengan obrolan yang sangat berbobot seperti:

Z: Iya di Ambon aku tiap hari makan nasi Padang, yel.
D: Jadi di Ambon ada nasi Padang, Zhif?
Z: Bukan! Nasi Pekanbaru adanya.
D: Emang ada?
Z: YA NASI PADANG LAH DIEL, WARUNG PADANG ADA DI MANA MANA.

Hehe. Sorry not sorry.


Ketika sudah berpisah lalu aku sendirian di tempat tidur, aku akan alay kebanyakan mikir lagi.

Kemudian aku memutuskan surhat dengan Nindi, calon psikolog yang aku yakin setelah lulus doi akan melenceng dari titel S.Psi; doi bakal jadi saudagar penakluk dunia perdagangan. Aing jadinya bingung surhat sama ngana.

Salah satu benang merah dari kegelisahan aku adalah:

kita sering lupa bahwa hidup itu

perihal kamu dan dirimu. Kompetisi antara kamu dan dirimu.


Selamat wiken!

Diella, 20 tahun, sedang punya self-issue dan butuh bertemu banyak orang untuk berbicara. Anyone else has self-issue?

Senin, 20 Juni 2016

Kamu.

Kamu tidak perlu menjadi buruk untuk membuatku jatuh terjungkal.

Karena kamu baik.
Sebaik cuaca hari ini; biru tanpa semburat kuning tajam menyengat epidermisku.

Karena kamu baik.
Baikmu ku definisikan dengan prinsip sederhanamu mengenai Tuhan.
Sebaik hubunganmu dengan Tuhan ketika lelaki lain ria dalam masa mudanya.

Karena kamu baik.
Deretan harap yang ibumu aminkan dalam sujudnya, juga sepertiga malam yang menjadi saksi dalam heningmu; bekal yang menjagamu dari ketidak beruntungan.
Itu jawaban atas tanyamu ba'da isya di pinggir kota Jogja, tanyamu kepadaku.

Karena kamu baik.
Jelma tanganmu melalui doa yang membantu jalanku, yang kamu sembunyikan agar aku tak terbisik.

Karena kamu baik.

Tapi, kamu tidak perlu menjadi buruk untuk membuatku jatuh terjungkal.

Aku pamit mundur dan tetaplah menjadi baik, kamu.


Minggu, 10 April 2016

Maka, ijinkan aku

Ijinkan aku mengasihimu lebih dahulu
Tanpa harus tahu, kamu siapa dan dimana
Ijinkan aku mengasihimu lebih dahulu
Dengan memantaskan hati dan diri

Ijinkan aku mengasihimu lebih dahulu
Tak perlu aku tahu rupamu bahkan peringaimu
Ijinkan aku mengasihimu lebih dahulu
Berproses, aku naiki anak tangga demi anak tangga, jika kamu berpijak di panggung yang berbeda

Ijinkan aku mengasihimu lebih dahulu
Melalui rantaian doa dalam sujudku yang aku aminkan, selalu
Ijinkan aku mengasihimu lebih dahulu
Karena aku akan menjadi hak bagimu, seutuhnya

Ijinkan aku mengasihimu lebih dahulu
Dengan rewelku kepada Tuhan,
Kapan kamu datang?



Yogyakarta, 10 April 2016

Minggu, 14 Februari 2016

2016

"If you like any relationship (family, marriage, friendship, dating) because of physical attraction, that's kind of funny; because that's the only thing in life that changes." - Gardiner Sisters

Kamis, 23 Juli 2015

Tidak Diderai

Dengan khidmat Diella Alba, eh Diella Zuhdiyani mengucapkan selamat lebaran!

Perjalanan Jogja-Temanggung yang awalnya dikhawatirkan bakal macet karena kami berangkat siang ternyata ramai lancar. Obrolan aku dan Ayah dimulai dari temukan 5 perbedaan ol nyu nisan gren lifina dan nisan gren lifina lama. Dan pemenangnya adalah. Tidak ada.

Percakapan kami beralih ke nyinyiran pribadiku
D- "Ayah mana ada di teve seleb penyanyi dangdut mau bayar zakat aja pake disoteng."
D- "Itu si anaknya melinda yang cerai anggota DPR yang ganteng siapa namanya?"
A- "Farel."
D- "Nah iya Farel, masa kemarin dia nuker duit lebaran di pinggir jalan pake disoteng segala."

Yang paling baik tidak diderai

Almarhum Datuk (Ayahnya ayah) selalu bilang bahwa yang paling baik tidak pernah diderai. Yang baik tidak pernah dengan mudah dilihatkan, dipamerkan. Yang baik akan dijaga, dirawat tanpa khawatir dilupakan, karena kebaikan yang dia punya dia akan dicari, tanpa berusaha untuk diakui.

MANA ADA RAISA BIKIN NASTAR PAKE DISOTENG SEGALA

Itu diatas yang pake kapslok adalah contoh praktikal yang cukup konkret.

Well, langit tidak perlu menjelaskan kalau dirinya tinggi. People know you are good if you are good.

Samlekom.



Sabtu, 04 Juli 2015

Jangan Sembarang

Seperti biasa tiap bulan ramadhan dari tahun ke tahun aku buber (Buka Berdua) dong. Emang mereka doang yang bisa buka berdua. HAH HAH GUWE UGA BISA HAH

Iya.
Bedua.
Tapi sama nindi.
Sejak jaman jahiliyah enggak pernah ganti.

Agak memprihatinkan memang.

Percakapan kami dimulai dari eek goreng yang dijual di Bangkok hingga mencapai kesimpulan

Seorang maba dilarang sembarangan jatuh hati.

Bold italic underline.
Menurutku ada hal yang hingga sekarang masih menjadi misteri Illahi; Bagaimana seorang manusia terlahir dengan kharisma yang tak pernah padam? Apakah kharisma itu hal yang dapat diusahakan atau anugerah dari Tuhan.

Damn it! untuk kakak-kakak angkatan di kampus saya ataupun di kampus lain yang ketika mereka jalan menyusuri koridor kampus atau menapakkan kaki mereka di anak tangga kharisma mereka ngocor-ngocor berserakan di lantai. Bahkan di kelas terakhir pukul 18.00 kharisma mereka masih terpancar segar.

And Im here like, "sis beli kharisma dimana yha."

"Aku jatuh hati sama kakak angkatan.", aku menutup topik eek goreng yang hampir setengah jam kami bicarakan
"Tapi aku sudah siap untuk sekedar menjadi fans. Kalau perlu aku jadi ketua fans club dia." Lanjutku sebelum nindi berkomentar

Dari semua pengalaman diri sendiri maupun orang lain dan juga pengalaman nindi, aku menemukan sebuah kesimpulan. Bahwa ketika seorang maba perempuan jatuh hati sama kakak angkatannya hanya ada dua kemungkinan
1. Berhasil menjadi pacarnya
2. Berakhir menjadi fans

Sudah kubilang, kalau perlu aku jadi ketua fans clubnya.

Karena ini tahun terakhirku menjadi seorang maba, untuk maba-maba dilarang sembarang jatuh hati. Itu pesan mama.

BYE

Jumat, 26 Juni 2015

Being Ready or Just in Need

Sampai detik ini misteri kenapa "hasrat ingin ngeblog selalu bergelora saat tugas-tugas menumpuk" masih belum terpecahkan. Paper finance yang kemarin direvisi berhenti di 70 kata pertama yang 40 katanya adalah cover paper. Entah beberapa minggu ini otak bekerja seperti laptop, it is not responding every 5 minutes.

Sebulan lalu aku ditemani Rizka ngerjain paper via tilpun gratisnya LINE, 3.5jam ngobrolin hal tak berbobot hingga percakapan kami sampai di "kayaknya emang aku udah terlampau nyaman sendiri deh yel" (apakah ini harus di cite ke Kunto Aji supaya tidak menjadi plagiarisme, Prof?)

Iya. Bener. Bener juga. BeJug. BenUga. NerUga.

Aku pun ngapa-ngapain sendiri. Sudah nyaman untuk tidak terikat dengan apapun, siapapun.
Kalaupun handphone lowbat gak pernah resah takut gak bisa komunikasi sama si pacar. Cukup minta pulsa sms teman "Ibu ayah hpku mati. Diel"

Aku nyaman untuk menghabiskan waktu dengan segala tugas, film, drama, buku. Sendirian. Di rumah.
Aku nyaman untuk berbagi dan menjadi tempat keluh kesah senang teman-teman dekat.
Tanpa harus bingung Minggu ini akan kemana.
First anniversary mau apa.
Intinya aku nyaman untuk tidak terikat dan mengikat.

TAPI
GHUE UGA MANUZIA

Obrolan 2 jam dengan Rizka disela-sela kesibukan hari ini sambil makan snowball yang aku bilang eneg tapi kuhabiskan hingga tetes terakhir, menyadarkan sesuatu.
Tidak selamanya aku akan ada di lingkup nyaman untuk melakukan semuanya sendirian.
Rizka yang sebulan lalu mematenkan lagu Kunto Aji sebagai jalan hidupnya, toh sekarang soundtrack of the day Rizka saat ini pasti lagu-lagu penuh bunga, cahaya bintang, kupu-kupu, ulat, kepompong, yak itulah fase metamorfosa. (iya mz kebalik)

"Surprise Murah", kata Rizka.
Adalah ketika hal-hal kecil yang berarti jauh lebih besar dan membekas.
Sapaan sederhana yang berujung duduk berhadapan di meja rumah makan.
Percakapan yang jauh dari gugup, kaku dan senggan seakan sudah saling mengenal sejak jaman Rabiul Awal.
Topik baru yang selalu muncul ketika "tutup halaman untuk hari ini" terpikir.

"Selera humor is crucial", kata Rizka lagi
Aku saut dengan lantang "SETUJU"
For me, a perfect relationship that I have been dreaming of is formed by love, tears and laugh
To love, to make failure then laugh at the foolery we have made before. Repeat.
Love and laugh is totally crucial.

I do envy you Rizka, and congratulation anyway.

Di sisi lain aku tau bahwa ketika aku hanya butuh disaat aku lagi edan tugas, saat itulah aku belum butuh. Jelasnya, aku belum siap. It is about being ready or just in need.

Toh juga aku cukup menganut kepercayaan "tulang rusuk tidak akan pernah tertukar." jadi dibawa ZANTAE ZAJHA

Whoever you are, I will give my finest love and laugh for you.


Minggu, 22 Maret 2015

Baiklah

Berkiblat pada iklan ponds di youtube, posisi tidur meringkuk seperti fetus menandakan orang tersebut mudah gelisah.
Dari berbagai posisi tidur yang ada, aku secara tidak sadar selalu memulai tidur dengan posisi meringkuk. Dan bangun dengan posisi headstand.
Enggaklah, bangun juga masih meringkuk.

Kalau aku adalah penganut iklan ponds yang ekstrem kemudian hilang di perbatasan Turki dan Suriah (?), aku berarti manusia gelisah tak berarah.

Dimulai dari Bulan Juli 2014.
Aku jarang banget pakai make up, hanya di acara okasional seperti kondangan, prom nite, ke mall, beli bensin, ke kampus, ke lesan, dan beli siomay yang lewat depan rumah.
Enggaklah, emangnya yang sebelum ngampus berat badan 40kg abis dandan jadi 45kg.
Cuman di kondangan yang dalam setahun terhitung jari dan prom night perpisahan SMA kemarin.

Ternyata kulit wajah terlalu manja dan sok sporti untuk didandani. Pagi hari setelah prom mulai muncul bintik-bintik merah kecil. Ah mungkin jerawat biasa yang akan hilang keesokan harinya.
Ghue syalah bezar.

Bibit-bibit itu makin besar, subur dan membabi buta. Literally, membabi buta. Merata. Seluruh wajah.

Setelah beberapa bulan masa pengobatan yang penuh keputus asaan, hasilnya mulai terlihat. November lalu wajah udah cukup layak diajak selfie. Desember makin membaik.

Sampai kemudian mental dan hati mulai diuji lagi.

Awal Februari siang-siang panas terik, aku harus menyelesaikan on the Job Training di candi Prambanan. Itu panas teriknya udah tidak terdefinisi lagi. Muka memerah, literally memerah. Kemudian tragedi setelah prom seperti ter-rewind.

Bisa dibilang, saat-saat seperti ini self esteem benar-benar jatuh nol. Bahkan minus. Aku ngutang self-esteem, dan belum sanggup ngebayarnya.

Sampai sekarang, mukaku lebih kasar dari parutan kelapa ibu kamu. Serius.
Jerawat meradang. Inflamasi merata. Dan aku banyak melakukan hal bodoh karena ini.

Berikut list kebodohan diella;

1. Jadi lemah, cengeng sekaligus ngondek. Dimana-mana nangis tapi juga sambil ketaw-tawa. Di jalan pulang dari ngampus nangis. Dengerin lawakan penyiar radio ketawa lagi. Masuk rumah ketemu Ibu nangis lagi. Ini barusan tadi ngelipetin cucian sambil nangis dan kalau orang awam melihat, mereka pasti mengira keluarga kami mencuci pakaian pakai ekstrak bawang bombay.

2. Jalan di kampus kayak manusia terserang tengeng akut. Ketika aku jalan di koridor-koridor kampus, dengan sadar atau enggak aku pasti nunduk macam otot leher terlalu ngondek dan gemulai. Tak lupa nunduk dengan kecepatan berjalan full speed biar cepetan masuk kelas. Aku mirip orang tengeng akut yang keburu-buru mau melahirkan.

Karena nunduk dan tidak memerhatikan sekeliling, kemarin Senin di kelas Bridging aku jalan full speed ke kursi paling belakang sampai lupa menutup kembali pintu kelas, diketawain sekelas karena pak dosen berkali kali bilang "Diella close the door please." tapi ketakutan dan kekhawatiran aku terhadap wajah bisa-bisanya menulikan telinga.

3. Aku jadi malas bersosialisasi. Sejauh ini teman-teman yang aku tidak ragu untuk menatap mata mereka ketika ngobrol cuman Sukma, Fida, Ici, Rani dan Fara. Selain wtwt cuman mereka yang melihat aku tanpa ada ekspresi "Ini orang mampu beli PDAM buat cuci muka nggak sih." ketika kami ngobrol.
Alhasil, aku terlalu cemen untuk bergaul sama selain mereka di semester 2 ini. Cupu ya.

Liburan pun, selain main sama wtwt aku malas banget keluar rumah.

Di kampus ketika aku mulai resah sendiri, aku memutuskan buat pakai masker. Tapi kadang-kadang aku kasian sama Sukma yang notabene kami sering jalan berdua. Kan kasian kalau ada yang tanya
"Sukma yang mana sih?"
"Itu loh yang suka jalan sama cewek pakai masker kayak anggota ISIS wanna be."

4. Aku jadi tidak ekspresif dan tampak seperti manusia tidak bahagia. Nindi selalu bilang Jangan melihat dirimu ada di bottom just because of those pimples. Well, ketakutan dan kekhawatiranku udah ada di tingkat sampai aku melepas cermin di kamar karena aku nggak mau membunuh semangat pagiku karena bercermin.


Whats done is done.

Aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa toh juga usahaku udah beyond the max.
Dokter? Udah. Lebih dari satu malah.
Aesthetic centre? Udah.
Herbs? Udah.
Detox program? Udah.

Selain menyakiti secara visual dan mental, jerawat ini juga menyakiti secara fisikal. Serius rasanya gatal panas tak terbendung.

Nah sekarang kamu ngapain Yel?

Aku lagi nabung buat beli buku Michael Walden Acne No more, Mike (biar sok akrab) adalah acne sufferer selama 19 tahun dan dia menemukan cara menyembuhkan acne severe tanpa bahan kimia apapun. Yaitu dari dalam, dari pola hidup. Nah berhubung aku belum beli bukunya aku belum bisa menjelaskan banyak.

Intinya, Mike kehilangan masa mudanya dan cuman punya 2 teman yang memahami kondisinya sebagai acne sufferer yang parah. Ribuan dollars udah habis untuk segala macam cara penyembuhan. Ratusan buku tentang metabolisme tubuh dan kulit wajah sudah ia baca dengan cermat. Pada akhirnya dia menemukan cara menyembuhan yang holistic dan efesien tanpa bahan kimia hanya dalam waktu 60 hari, he got a clear skin that he dreamed of for years.

Beberapa kebodohan diatas sepertinya masih akan aku lakukan sampai aku sembuh. Orang paling bodoh adalah orang yang tau dia melakukan hal bodoh tapi tetap dilakukan. I am dumb and ugly.

DOAKAN DIYEL CEPAT SEMBUH.

SMOOCHHH
Lebih parah dari gambar diatas. Udah gendut, jerawatan, ngantukan, malesan. Jangan mau temenan sama Diyel






Jumat, 27 Februari 2015

Tuan datang dan pergi

Tuan datang dan pergi

Tuan datang
Mengisi hati dan hari
Aku terhenti pada satu ruang yang tak ku lihat ada pintu keluar
Pada suatu ruang hangat penuh alunan syahdu
Pada suatu ruang penggerak kalbu untuk terus menari seakan tak ada mata menjadi saksi
Aku menari tak henti di bawah sinar mentari yang tak pernah pergi
Hangatnya abadi
Pada suatu ruang yang tersemat janji abadi untuk aku tak pernah pergi
Pada suatu ruang yang melarangku untuk bersendu
Riangnya tak henti datang tak pernah pamit pergi
Pada suatu ruang yang dibangun cacat
Namun mataku terlalu cacat untuk melihatnya cacat

Pada suatu ruang yang dengan khidmat aku bersumpah tak akan kutinggal, sedetik pun
Aku bersumpah

Aku terhenti memandang setiap sudutnya dalam
Terheran

Mencekam
Seketika ruangan hitam, kelam
Aku melangkah mundur mencari dimana bauran mentari yang selalu ada
Bingung
Demi Tuhan aku bingung
Aku merangkak tak berarah
Belum, aku belum berdarah
Namun aku sudah hilang arah
Dingin
Dinginnya menusuk setajam belati
Aku jatuh, terperosok dalam sekali
Terhentak tepat di belati yang sudah memelukku erat

Semakin dalam
Akhirnya aku berdarah, mengalir ke segala arah
Tersengat
Aku sesak
Pada suatu ruang yang menyempit tak bersisa udara untuk bernapas
Napasku terampas
Aku pikir aku akan singgah
Bukan berpindah

Ketika Tuan pergi

Selasa, 10 Februari 2015

Sentimental

Harga memori sebatas unggahan sosial media.
Miskin memori.
Memori dijual murah demi interpretasi sesaat.
Memori diumbar bebas, selepas langit di bulan Mei; tak dibatasi awan sama sekali.

Sempitnya bilik privasi-mendesak sesak.
Hal yang diberi untuk dijaga, dengan mudah dibuang, dengan sengaja dirampas.
Melahirkan sendiri status diri. Aneh.
Merk barang yang melekat di tubuh sengaja diinformasikan ke semua-demi status sosial yang tidak memberi keuntungan.
Pencitraan menjadi lebih penting dari pencapaian.

Tingkat sosial hanya sebatas seberapa sering menghabiskan waktu di coffee shop.
Unggah sana unggah sini, tak peduli semesta.
Ketulusan seakan hilang tergantikan setelah melabeli nama orang lain di unggahan.
Kemudian memorinya hilang.
Memiskinkan kenangan.
Fakir momentum.

Dimana, dengan siapa sedang apa seakan menjadi sangat penting untuk dipublikasikan.
Siapa orang tua, seberapa penting posisi sosial mereka, background keluarga disuarakan lantang.
Patokan kehebatan makin menyempit dan menyempit.
Dibutakan suara-suara maya.

Semesta yang aneh, atau aku yang berpikir seperti orang jaman 1870?





Jumat, 16 Januari 2015

Sehat!

Hey Laura milik Gregory Porter tidak berhenti aku putar pagi ini. Paling enggak, aku ga muter lagu lagu desperate yang bikin tambah pusyang kzl zbl, tanpa harus berbohong sama diri sendiri untuk memutar lagu riang gembira bahagia sentosa; yang sama sekali tidak merepresentasikan keadaan aku sekarang.

Post pagi ini akan menjadi post langka hahahahaahahahahahahahaahahaha

Aku selalu berkeyakinan bahwa privasi itu hal yang diberikan Tuhan untuk dijaga sebaik mungkin, dan membaginya dengan orang yang pantas. Intinya, jangan lempar sana lempar sini cerita sana cerita sini tentang hal yang seharusnya kita jaga. Tapi pagi ini aku akan menyanggah (dengan sangat berat hati) apa yang aku yakini, tentang apa yang sudah aku jalani 2 tahun ini. Siapa tau kan ya, siapa saja yang baca bisa meresapi apa yang ingin aku sampaikan.

Sehat itu mahal.
Banyak orang di luar sana yang membuang tenaga, waktu dan uang untuk sehat. Literally, membuang.
Termasuk aku.


Nggak quat ceritanya. Hahahaha yha intinya jaga kesehatan jangan makan mekdi, koka kola, ciki ciki, minuman berakohol, rokok, jajan pinggir jalan sama indomie ya!


Salam sehat sejahtera dari diella!

Minggu, 11 Januari 2015

Mala Rindu

Hai pembaca. Walau saya ga yakin saya punya pembaca apa nggak. Hai-in aja.

Mau baca cerita singkat pertemanan saya?

Aya sibuk bikin maquette.
Nindi sibuk di solo.
Manda Seli sibuk sama matkul semester 1 yang gila.
Hilda Mags Tata sibuk responsi dan praktikum. Hilda ngurusin gigi, Mags sama Tata sibuk plus bau ayam.
Arba Miti Irma dan aku se fakultas taip kami kayak beda benua.
Novita sibuk menjelajahi SD. Rani sibuk sebagai cekiber di jurusannya yang komposisinya 80% lelaki 20%wanita.

Akhirnya aku ada di tahap yang untuk bertemu udah ga segampang nunggu waktu istirahat. Tapi udah kudu menyatukan jam kosong. And its quite hard. Sesusah mendapatkan hati abang bintang iklan rexona invisible dry.

Ini tentang hubungan pertemanan yang harus dihadapi secara realistis bahwa semua punya jalan masing-masing. Yang gak mungkin sama sama mulu, kecuali Tuhan menakdirkan kami bekerja di tempat yang sama atau apapun itu suatu hari nanti.

Ini tentang merangkai pertemanan tanpa harus ada unsur drama disitu. Dan aku sangat suka cara kami berteman. Cara kami memahami satu sama lain

Aya barusan ngepost di ig tentang bagaimana teman SMP tergantikan teman SMA, teman SMA tergantikan teman kuliah. Saudara tergantikan keturunan. Dan segala dinamika yang ada nggak akan menjadi masalah asal kita menghargai setiap momen yang datang.

Kenapa?
Karena momen momen itu bakal berkurang dari hari ke hari, dan hilang.

Aku selalu yakin apa yang dibiarkan terjadi dengan sendirinya akan berlangsung lebih lama dari yang segaja dibuat terjadi. And this how we do. Kami tetiba aja bisa bareng.
Di kuliah udah nemu yang begini?
Boro boro nemu, yang ada malah menjadi saksi orang-orang yang katanya teman sepermainan malah berantem di grup angkatan. IYAK itu grup umum semua bisa baca. Yang kalau dibaca, bah kayak skrip sineteron.

Sekali lagi, aku ga pernah berusaha nemu. Biarkan itu terjadi sendiri. Thats what I call friendship.

Layaknya inti atom, aku di kelilingi proton dan elektron yang tidak akan aku lepaskan. Sampai kapanpun. Sampai teori penemu penemu atom itu bubrah dan ambyar, proton dan elektron yang mengelilingi tidak mungkin dan tidak akan aku lepaskan.





Rabu, 07 Januari 2015

2/365

Ketika hari ini adalah 6/365 untuk orang lain, tapi buat aku hari ini adalah 2/365.
Atas segala keputusan yang aku pilih dan yakini sendiri tepat 2 hari lalu, yang aneh emang. Tapi bukannya lebih baik tertusuk belati sekali dan selesai, ketimbang tergores paku karatan ribuan kali sampe lukanya yang belum sempat kering kegores lagi?

2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015 + 2 hari

Untuk terhenti dan terikat dengan hal yang sama dalam jangka waktu tersebut apakah bisa disebut hal yang sepele?
No

Untuk melepaskan sumber inspirasi dari hampir semua post di blog ini apakah bisa disebut hal yang sepele?
No

Untuk menghentikan cerita tertutup yang tersimpan di draft blog ini apakah bisa disebut hal yang sepele?
No


Di introduction to accounting aja ada tu namanya Closing Journal untuk menutup proses dalam satu periode, sama dong, hidup juga kudu ada tutup buku. Menutup semuanya.

Ketika novel favoritmu selesai dibaca dan kamu memutuskan untuk membuang novel itu, untuk tidak menjadi milikmu lagi, sejauh apapun kamu buang; alur dan plot novel tersebut akan tetap tinggal di memorimu, akan tetap menjadi cerita tersendiri yang tidak akan hilang.

Aku sudah membuat closing journal atas periodeku, saatnya memulai periode baru.

Selasa, 07 Januari 2014

Lets catch up

2013.

It had been over days ago. However, the year with full of joys, laughs, tears shedding, hugs, love, true friends and (how the the heck the feeling that I have never been feeling for these years came over)

School. Home. Social life. That I used to have.

I did not use to care about having kind of that thing. I feel enough with all the things i have.

But suddenly it came, and i had no control to avoid it. It feels totally crap, holly crap! And how the feeling flow and this sincerity bang and blend, and I have no control how to sieve them and put them back.

Have you ever felt like your mind get out of your head go somewhere far, and you have no control to put it back until you finish listening to some songs. Well, "Akan Ku Tunggu" by Sherina Munaf works very well.

This feels even more more more and m000000re weird than you can imagine as reading this.

Numb. My encouragement even become numb. John Green said that we were from different planet.

So, lets catch up on Earth.

I am going to wait, 2014.


Rabu, 25 Desember 2013

Aku dari venus

Aku dari venus.

Sayangnya di dunia banyak hal yang nggak dipahami dan juga nggak (pernah) dijelaskan. Karena nggak ada alasan untuk dijelaskan sih. Pola pikir yang beda, cara pandang yang berbeda nggak bakal menyatukan itu semua, pada akhirnya ya saling menebak-nebak.

Terus-terusnya menebak. Tanpa berpijak pada patokan yang jelas. Lah gimana mau jelas.

Terus-terusan menebak. Tanpa satupun memberi tanda. Lah gimana mau tau.

Keduanya punya alasan masing-masing. Tapi nggak pernah tau apa alasan itu.

Kalau diurutkan pada anak tangga, ini setingkat dibawah menunggu. Lah orang nggak jelas apa yang ditunggu.

Kamu dari mars.

Rabu, 26 Juni 2013

Pencurahan Hati Saya

Baiklah, akhirnya saya menemukan waktu tenang untuk menulis setelah... Sejujurnya kalimat sebelum ini sudah aku tulis dua jam lalu, tersimpan di draft karena ibu saya suka permainan "yelling-your-name-and-you-gotta-out-the-room-for-just-answering-her-question-which-rice-is-better-to-be-cooked-for-today-red-or-white.". Dan banyak game "yelling-your-name-and-you-gotta-out-the-room....." yang lainnya. Atau adik saya yang suka bermain "keluar-masuk-kamar-tapi-pintunya-nggak-ditutup-kembali-dan-bagaimana-saya-bisa-menulis-kalau-bolak-balik-nutupin-pintu-kamar."

Cukup.

Liburan sudah dimulai 5 hari lalu, dan selama 5 hari aktivitas saya tidak lebih dari guling-sana-guling-sini-liat-conan dan tentu bermain game kesukaaan ibu dan adik saya.

Well, semua dimulai dari kata changing. Semua seakan berubah. Merubah segala hal kecil yang seakan dirubah secara rajin, ter-list secara rapih. Saya memutuskan untuk merubah alamat web blog ini menjadi tidak alay, namun bagainamapun juga cekidotdiella adalah injakan pertama setelah diari alay yang saya tulis sejak umur 7 tahun. Well, seakan semua sudah diberi jatah sendiri-sendiri untuk berubah. Adik saya yang dulunya gendut kayak boboho, sekarang dia kurus dan bahkan lebih tinggi dari kakaknya, atau komik monica yang terakhir terbaca 10 tahun lalu dan novel kesukaan saya bergenre teenlit yang terakhir dibaca 4 tahun lalu seakan tersingkirkan oleh buku-buku tebal berisi rumus-hapalan-soal yang kata guru saya harus diselesaikan. Tugas yang sudah tak terhitung juga turut melarang saya menyentuh kesenangan-kesenangan masa kecil, bahkan ice cream seakan tak boleh ikut mendinginkan hati karena kafein menuntut untuk dihisap, demi mata yang terjaga menyelesaikan berbagai tuntutan seorang pelajar.

Iya saya tahu, jenjang saya barulah jenjang rendahan. Jenjang saya masih disebut hanya sebagai "menengah atas". Dan saya tahun bukan waktunya untuk mengeluhkan hal masih berada ditengah.
Tapi seakan usaha saya tidak di-upah-i, seakan saya bekerja keras pada angkatan perang negara lain demi angka 75 yang tak boleh kurang dari itu, demi sesuap oksigen untuk terus bertahan dalam jenjang yang BARU menengah atas tersebut. Bukan bagaimana susahnya banyak hal yang ada di jenjang itu, saya tahu bahwa saya punya wewenang untuk merubah diri saya sendiri. Namun ketika kendalanya ada di orang lain? Bisa apa saya.

Pagi ini saya keluar rumah, menghisap udara yang sudah 5 hari tidak saya punyai. Mencari sarapan pagi yang tak jadi karena ibu saya lagi lagi bermain game "yelling-your-name-and-you-gotta-out-the-room-eat-the-breaky-that-had-been-cooked". Saya sempat melihat seorang paruh baya pembawa koran setiap pagi yang senyumnya tidak pernah absen menyambut tunggingan bibir saya. Tapi siapa tahu dibalik senyum murah si loper koran, ia memiliki 5 anak yang salah satunya berjuang melawan kanker karena uang ayahnya tidak dapat ikut andil menolongnya. Siapa tau si loper koran menanggung hutang sang ibu yang bahkan tak ada barang apapun yang bernilai untuk dijual.

Atau seorang penyiar radio yang terlihat ceria ketika on-air menyambut para pendengar dengan sumringah namun akan kembali meratap menangis  di meja call-box-nya ketika lagu-lagu sedang dimainkan. Bisa saja seorang MC memandu acara hura hura sweetseventeen seorang remaja, yang ternyata MC tersebut sedang memerangi hal berat dalam kalbunya. Tak ada yang tahu dengan orang lain. Makanya jangan sok dong. Lah ini kenapa gue jadi galak bener..

Dan selembar deretan angka dalam map tebal yang diberikan setiap akhir bulan juni tak bisa diremehkan, seakan memiliki sugesti kuat, entah menjadi alasan untuk tertawa atau hanya diam berevaluasi selama 21 hari beristirahat.

Beberapa paragraf dari seorang penulis tak bisa diremehkan atas keadaan dirinya. Lirik lagu mungkin hanya satu satunya yang memahami seorang musisi. Masih saja banyak yang saya heran kan. Saya memang tidak memahami sama sekali bagaimana segala tetek bengeknya, namun saya yakin ada sistem yang sudah dibuat demi keadilan, dan saya tidak yakin apakah sistem itu diindahkan atau tidak.

Saya besar atas segala sistem yang benar benar menjemukan. Saya tumbuh sebagai saksi atas orang-orang berilmu yang dikalahkan bahkan dibunuh oleh sistem.

Saya tahu perubahan menjadi lebih baik tak selamanya akan diiringi oleh hal baik, namun keyakinan atas tujuan akhir yang baik yang membuat saya tetap kokoh kayak nyonya menir yang berdiri sejak 1956, untuk masa depan yang seolah tertutup kabut. Namun saya tahu dibalik kabut ada jalan, cuman susah aja diliatnya tapi kan ada senter, ada lampu emergency yang segede kulkas. Kalau baterenya abis? Tinggal beli noh di alpa maret banyak. Dan kabut akan hilang ketika matahari datang, bukan?

Ini bukan soal sakit hati atas kawan yang menang dengan perjuangan yang berbeda. Atau mungkin dengan segala katalis yang digunakan. 

Untuk semua yang berjuang.

Sabtu, 09 Februari 2013

Prioritas

Baiklah, post ini gue tulis ketika semua anak-anak gaul Jogja lagi bahagia nontonin RAN di spotarium UMY. Sejujurnya gue udah cukup bahagia dengan minum susu sapi murni yang dijual mas-mas pake jaket kulit item menceling yang selalu teriak "SHUSHUUUU." di depan rumah. Atau kalimat sebelum ini adalah alasan nggak berbobot dari "Pengen nonton RAN, tapi sama siapa. Semua temen-temen begahol kesana bareng kekasih masing-masing."
Selayaknya berlian langka, gue nggak pernah dibolehin keluar malam tanpa orang tua dengan alasan 'main', atau kejadian nonton PAF terjadi lagi; nonton bareng ortu sedangkan tribun sebelah anak SMA semua.

Gue jadi nostalgia beberapa minggu lalu, tepatnya awal-awal 2013. Kesibukan ini itu yang bikin gue hampir 4x seminggu ke mekdi; buat meeting tanpa kena biaya parkir dan nggak masalah kalau nggak beli makan.
Saking selo-nya, jam 7 pagi gue udah di mekdi untuk ngomongin suatu agenda, baru ada Tyo, sendirian sambil makan pancake plus kopi mekdi (yang sampe sekarang belum gue temuin kedasyatan rasa yang menandingi TOP Koffie, BONGKARRR!) 

"Yel, aku tinggal bentar ya, mau nganterin sarapan ke Sita. Bentar."
Baru aja gue naruh pantat, Tyo langsung beranjak pesen sarapan dan menghilang dengan langkah seribu mengantarkan sarapan untuk orang tersayang.
Gue diam, mantengin pancake dan kopi yang Tyo tinggalkan di atas meja, masih utuh. Nggak. Bisa. Nahan. Hasrat. Buat. Nggak. Comot. Oke, gue ngelantur.

Saat itu, yang ada di pikiran gue adalah "The one we pay attention with, the one we make as the priority." 

Menjadi prioritas individu lain adalah bentuk apresiatif yang nggak bisa dihargain, sebuah hal yang tanpa disadari akan menjadi hal yang kita rindukan ketika kita tenggelam tertutup prioritas lain yang baru.

Dan menjadi prioritas tersier rasanya kayak kena kenalpot motor panas. Awalnya nggak kerasa, sengatan yang tiba-tiba aja. Tapi akan bengkak, melepuh bahkan membekas untuk jangka waktu yang lama. Bekasnya kadang nggak bisa menghilang, ada yang kecil ada yang segede samudera pasific di betis, kecuali yang kena kenalpotnya di pipi; unforgettable kissing ever.

Tapi sebuah prioritas nggak akan pernah bisa disalahkan, ini harga mati kalau kata gue.
Lo mau beli baju, tapi ada prioritas lain, buku fisika karena lusa ulangan misalnya. Lo akan memprioritaskan buku fisika, karena itu lebih mendesak. Konsekuensinya lo nggak jadi beli baju baru. Untuk saat itu lo lebih peduli sama buku fisika ketimbang baju baru.

Karena prioritas adalah keputusan paling bijak.

Menjadi prioritas tersier bukan hal mudah untuk diterabas buat gue. Kadang menjadi prioritas paling akhir terasa seperti "The most unimportant thing to be done. So just do it later."

Seperti malam kemarin gue bilang ke Ibu "Reportase aku nggak dimuat. Sedih."
"Yaudah, lain waktu." jawabnya santai.
Se-sedih apapun gue ketika itu nggak akan ditanggapi sebagai prioritas utama sama Ibu, karena dia punya prioritas lain yang harus diselesaikan.
Kebijakan paling bijak dan tidak bisa disalahkan, prioritas.

Cuman membran tipis yang membedakan prioritas primer dan tersier. Kemudian pada akhirnya gue ada di prioritas tersier. Seperti mengagumi diam-diam yang hanya menjadikan gue sebagai hal tersier yang "Just do it later."

Selamat malam orang-orang prioritas tersier.

Dari; ketua sekte prioritas tersier.

Jumat, 16 November 2012

Hugging Hugrid

"Hanya berpelukan selama 10 detik, tekanan darah menurun dan hormon stress menurun, hormon rasa nyaman meningkat"- @blogdokter

Kamis, 16 Agustus 2012

Or..

"Or when you get the hello from place that you used to be. Ya, it's nice."- Diella, 16 tahun. Habis makan mi goreng pedes.