Jumat, 27 Februari 2015

Tuan datang dan pergi

Tuan datang dan pergi

Tuan datang
Mengisi hati dan hari
Aku terhenti pada satu ruang yang tak ku lihat ada pintu keluar
Pada suatu ruang hangat penuh alunan syahdu
Pada suatu ruang penggerak kalbu untuk terus menari seakan tak ada mata menjadi saksi
Aku menari tak henti di bawah sinar mentari yang tak pernah pergi
Hangatnya abadi
Pada suatu ruang yang tersemat janji abadi untuk aku tak pernah pergi
Pada suatu ruang yang melarangku untuk bersendu
Riangnya tak henti datang tak pernah pamit pergi
Pada suatu ruang yang dibangun cacat
Namun mataku terlalu cacat untuk melihatnya cacat

Pada suatu ruang yang dengan khidmat aku bersumpah tak akan kutinggal, sedetik pun
Aku bersumpah

Aku terhenti memandang setiap sudutnya dalam
Terheran

Mencekam
Seketika ruangan hitam, kelam
Aku melangkah mundur mencari dimana bauran mentari yang selalu ada
Bingung
Demi Tuhan aku bingung
Aku merangkak tak berarah
Belum, aku belum berdarah
Namun aku sudah hilang arah
Dingin
Dinginnya menusuk setajam belati
Aku jatuh, terperosok dalam sekali
Terhentak tepat di belati yang sudah memelukku erat

Semakin dalam
Akhirnya aku berdarah, mengalir ke segala arah
Tersengat
Aku sesak
Pada suatu ruang yang menyempit tak bersisa udara untuk bernapas
Napasku terampas
Aku pikir aku akan singgah
Bukan berpindah

Ketika Tuan pergi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar