Selasa, 10 Februari 2015

Sentimental

Harga memori sebatas unggahan sosial media.
Miskin memori.
Memori dijual murah demi interpretasi sesaat.
Memori diumbar bebas, selepas langit di bulan Mei; tak dibatasi awan sama sekali.

Sempitnya bilik privasi-mendesak sesak.
Hal yang diberi untuk dijaga, dengan mudah dibuang, dengan sengaja dirampas.
Melahirkan sendiri status diri. Aneh.
Merk barang yang melekat di tubuh sengaja diinformasikan ke semua-demi status sosial yang tidak memberi keuntungan.
Pencitraan menjadi lebih penting dari pencapaian.

Tingkat sosial hanya sebatas seberapa sering menghabiskan waktu di coffee shop.
Unggah sana unggah sini, tak peduli semesta.
Ketulusan seakan hilang tergantikan setelah melabeli nama orang lain di unggahan.
Kemudian memorinya hilang.
Memiskinkan kenangan.
Fakir momentum.

Dimana, dengan siapa sedang apa seakan menjadi sangat penting untuk dipublikasikan.
Siapa orang tua, seberapa penting posisi sosial mereka, background keluarga disuarakan lantang.
Patokan kehebatan makin menyempit dan menyempit.
Dibutakan suara-suara maya.

Semesta yang aneh, atau aku yang berpikir seperti orang jaman 1870?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar