Dari berbagai posisi tidur yang ada, aku secara tidak sadar selalu memulai tidur dengan posisi meringkuk. Dan bangun dengan posisi headstand.
Enggaklah, bangun juga masih meringkuk.
Kalau aku adalah penganut iklan ponds yang ekstrem kemudian hilang di perbatasan Turki dan Suriah (?), aku berarti manusia gelisah tak berarah.
Dimulai dari Bulan Juli 2014.
Aku jarang banget pakai make up, hanya di acara okasional seperti kondangan, prom nite, ke mall, beli bensin, ke kampus, ke lesan, dan beli siomay yang lewat depan rumah.
Enggaklah, emangnya yang sebelum ngampus berat badan 40kg abis dandan jadi 45kg.
Cuman di kondangan yang dalam setahun terhitung jari dan prom night perpisahan SMA kemarin.
Ternyata kulit wajah terlalu manja dan sok sporti untuk didandani. Pagi hari setelah prom mulai muncul bintik-bintik merah kecil. Ah mungkin jerawat biasa yang akan hilang keesokan harinya.
Ghue syalah bezar.
Bibit-bibit itu makin besar, subur dan membabi buta. Literally, membabi buta. Merata. Seluruh wajah.
Setelah beberapa bulan masa pengobatan yang penuh keputus asaan, hasilnya mulai terlihat. November lalu wajah udah cukup layak diajak selfie. Desember makin membaik.
Sampai kemudian mental dan hati mulai diuji lagi.
Awal Februari siang-siang panas terik, aku harus menyelesaikan on the Job Training di candi Prambanan. Itu panas teriknya udah tidak terdefinisi lagi. Muka memerah, literally memerah. Kemudian tragedi setelah prom seperti ter-rewind.
Bisa dibilang, saat-saat seperti ini self esteem benar-benar jatuh nol. Bahkan minus. Aku ngutang self-esteem, dan belum sanggup ngebayarnya.
Sampai sekarang, mukaku lebih kasar dari parutan kelapa ibu kamu. Serius.
Jerawat meradang. Inflamasi merata. Dan aku banyak melakukan hal bodoh karena ini.
Berikut list kebodohan diella;
1. Jadi lemah, cengeng sekaligus ngondek. Dimana-mana nangis tapi juga sambil ketaw-tawa. Di jalan pulang dari ngampus nangis. Dengerin lawakan penyiar radio ketawa lagi. Masuk rumah ketemu Ibu nangis lagi. Ini barusan tadi ngelipetin cucian sambil nangis dan kalau orang awam melihat, mereka pasti mengira keluarga kami mencuci pakaian pakai ekstrak bawang bombay.
2. Jalan di kampus kayak manusia terserang tengeng akut. Ketika aku jalan di koridor-koridor kampus, dengan sadar atau enggak aku pasti nunduk macam otot leher terlalu ngondek dan gemulai. Tak lupa nunduk dengan kecepatan berjalan full speed biar cepetan masuk kelas. Aku mirip orang tengeng akut yang keburu-buru mau melahirkan.
Karena nunduk dan tidak memerhatikan sekeliling, kemarin Senin di kelas Bridging aku jalan full speed ke kursi paling belakang sampai lupa menutup kembali pintu kelas, diketawain sekelas karena pak dosen berkali kali bilang "Diella close the door please." tapi ketakutan dan kekhawatiran aku terhadap wajah bisa-bisanya menulikan telinga.
3. Aku jadi malas bersosialisasi. Sejauh ini teman-teman yang aku tidak ragu untuk menatap mata mereka ketika ngobrol cuman Sukma, Fida, Ici, Rani dan Fara. Selain wtwt cuman mereka yang melihat aku tanpa ada ekspresi "Ini orang mampu beli PDAM buat cuci muka nggak sih." ketika kami ngobrol.
Alhasil, aku terlalu cemen untuk bergaul sama selain mereka di semester 2 ini. Cupu ya.
Liburan pun, selain main sama wtwt aku malas banget keluar rumah.
Di kampus ketika aku mulai resah sendiri, aku memutuskan buat pakai masker. Tapi kadang-kadang aku kasian sama Sukma yang notabene kami sering jalan berdua. Kan kasian kalau ada yang tanya
"Sukma yang mana sih?"
"Itu loh yang suka jalan sama cewek pakai masker kayak anggota ISIS wanna be."
4. Aku jadi tidak ekspresif dan tampak seperti manusia tidak bahagia. Nindi selalu bilang Jangan melihat dirimu ada di bottom just because of those pimples. Well, ketakutan dan kekhawatiranku udah ada di tingkat sampai aku melepas cermin di kamar karena aku nggak mau membunuh semangat pagiku karena bercermin.
Whats done is done.
Aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa toh juga usahaku udah beyond the max.
Dokter? Udah. Lebih dari satu malah.
Aesthetic centre? Udah.
Herbs? Udah.
Detox program? Udah.
Selain menyakiti secara visual dan mental, jerawat ini juga menyakiti secara fisikal. Serius rasanya gatal panas tak terbendung.
Nah sekarang kamu ngapain Yel?
Aku lagi nabung buat beli buku Michael Walden Acne No more, Mike (biar sok akrab) adalah acne sufferer selama 19 tahun dan dia menemukan cara menyembuhkan acne severe tanpa bahan kimia apapun. Yaitu dari dalam, dari pola hidup. Nah berhubung aku belum beli bukunya aku belum bisa menjelaskan banyak.
Intinya, Mike kehilangan masa mudanya dan cuman punya 2 teman yang memahami kondisinya sebagai acne sufferer yang parah. Ribuan dollars udah habis untuk segala macam cara penyembuhan. Ratusan buku tentang metabolisme tubuh dan kulit wajah sudah ia baca dengan cermat. Pada akhirnya dia menemukan cara menyembuhan yang holistic dan efesien tanpa bahan kimia hanya dalam waktu 60 hari, he got a clear skin that he dreamed of for years.
Beberapa kebodohan diatas sepertinya masih akan aku lakukan sampai aku sembuh. Orang paling bodoh adalah orang yang tau dia melakukan hal bodoh tapi tetap dilakukan. I am dumb and ugly.
DOAKAN DIYEL CEPAT SEMBUH.
SMOOCHHH
Lebih parah dari gambar diatas. Udah gendut, jerawatan, ngantukan, malesan. Jangan mau temenan sama Diyel |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar