Tampilkan postingan dengan label Created By Me. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Created By Me. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Maret 2017

21 Crisis

If we are friends in Instagram you probably have known that I start to get my poems published on IG.
There are a good news and the bad one within this post.

The good one
I AM TURNING TWENTY ONE THIS YEAR
twenty one always sounds cool, isn't it?

Alhamdulillah,
all gratitude towards Allah that I have been living 21 years with happiness, wonderful families, bestfriends, friends and anyone who has been offering lessons learnt within my entire life.

Allah, the Greatest who never let me suffer from hunger
Allah, the Greatest who never put any "tests" beyond what I can bear
And Allah, the One who always forgive me despite the terrible-kind of human being I am.


The bad one
As I experienced losing a very good friend of mine last year,
As I felt betrayed for the things I cannot reassure,
As the deep cuts I felt,
As I overthink of something simple,

The early of 2017 was not an easy start for me that I had struggled for few particular crises, that I call 21 crises. 
HAHAHAHA, lame I know.

Somehow, I feel like I have trust issues in area that I used to put huge belief in.

During this period of time, there is something which is NOT so me - within myself.

I decided not to talk to anyone unless it is very important.
I decided to put my headset on, and bring something to read - yeah, avoiding anyone to talk to me.
I swear, I do not have any intention to offend anyone - for sure. Or even piss off anyone who is trying to have small talks with me.

Deep down there, I still want to give my genuine smiles and hellos that I used to give as always.

But, in this period of time
I just want to get my works done, and that's it.

As I read a hadist stated that
"Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia." - Ali Bin Abi Thalib

I come to realize that the cuts I felt are simply because I put hope on place where I shouldn't put.


“dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. (94): 8)

To wrap up,
I want to shift this case to the simpliest as it can be
To keep giving my finest genuinity and sincerity I can give
and the most important thing is to expect nothing in return
unless His acceptance.

I know it is not easy, no one says it is easy either. But, let's put efforts in that!

Have a nice Monday!

Diella

Senin, 17 Oktober 2016

Saya (adalah Tentang Kamu)

ucap Celeste Headlee dalam pidatonya,
bahwa ada efek seperti menghirup kokain ketika kita berbicara tentang diri dan mendominasi dalam sebuah percakapan

bahwa tentang "saya" dan "saya" tidak melulu baik dan cenderung tidak mendengarkan

namun bagaimana kalau tentang saya itu adalah tentang kamu
kamu yang membuat saya ini menjadi saya
saya yang menelusuri jalan saya, untuk menuju kamu

namun bagaimana kalau tentang saya itu adalah tentang kamu
jika saya sebuah lagu, kamu adalah ritme pun melodi
lagi lagi tentang saya adalah tentang kamu

namun bagaimana kalau tentang saya itu adalah tentang kamu
tidak ada saya, tanpa kamu


Yogyakarta, 17 Oktober
Menulis ini ketika tidak sengaja mengingat kamu dalam pengerjaan tugas International Financial, kelas Bapak Bachruddin yang harus dikumpul besok jam 7 pagi.

Selasa, 11 Oktober 2016

To be More Human

If I can I will marry those people who look eye to eye while having conversation and keeping their phones in the deepest pocket of their bags.

Pernyataan di atas kudu wajib 'ain di bold, underline dan italic kalau bisa font 72 sekalian.

Celeste Headlee is one of my favorite TED speaker, The brilliant ideas in her speeches are jaw-dropping. No, she is not talking about big fancy things, but she is talking about small, humble, simple but fundamental thing of being a human being; communication.

Our smartphone is not smart enough to help us to communicate, it just helps us to deliver messages. Our presence, empathy, and intention to listen are things we often forget what conversation is all about.

Malas spoiler, mending simak dengan pikiran terbuka dan hati gembira. I have compiled her 3 videos in youtube for you.





Selasa, 13 September 2016

Cheesy Alert!

Begitu mudahnya aku jatuh hati pada siapapun yang selalu merendahkan hatinya.

Mereka sudah jadi pemenang sebelum perang; perang dimana sebagian lain berlomba menang menyatakan diri ke semesta.
Tapi mereka tetap tenang seperti langit yang tidak perlu berkata bahwa dia tinggi.

Mereka tak perlu merepotkan diri demi pengakuan sosial. Tak cemas atas citra.
Karena mereka tau, ada yang jauh lebih hakiki dari sekedar membangun citra pada sesama.

Untuk mereka: terimakasih atas sejuk yang kalian semai di antara gerah orang perlomba menyerukan predikat diri.



Yogyakarta, 1 Desember 2015

Diella dalam program #KalahkanDwitasari

Jumat, 02 September 2016

Romatic Side of Horror Movies



Diajakin nonton film horror adalah kelemahan daku, daku tak kuasa untuk menolak.

I love horror movies and I am the one who scream the loudest ya, harap maklum.

Obsesiku terhadap film horror dimulai dari sekuel Insidious, ya sebelum itu film horror termasuk ew! list dalam hidupku. Konsep film horor dengan darah dimana-mana dan bunuh-bunuhan is no no for me, apalagi film horor berkonsep setan yang keramas. OMG, suka gagal paham eke.

Film horor Thailand juga, aksen dialog mereka.......jadi lawak filmnya :(

Hari Rabu minggu lalu bisa dikata hari yang lumayan panjang, kemudian ada pesan dari Farah

F: Ayo ketemuan jam 4 JCM, terus lanjut Lights Out.
D: Lights outnya jam berapa?
F: Jam 6.45
D; Aing dateng abis magrib yaw
F: Jalan dulu lah sebelum itu
D: Malas

Sorry Far, you know which I want the most. *evil laugh*

I am a hardcore fan of film horor yang berkonsep family-bonding, dan ternyata Lights Out juga!

Rasanya hebat aja, dalam film yang bikin orang jerit-jerit juga suka nggak sengaja cakar temen sebelah, ada pesan yang bikin leleh; the love of family.

Tau kan gimana usaha sang Ayah mencari anaknya di dunia (yang entah dunia apa) dalam Insidious 1 & 2?
Juga rasa kangen anak perempuan ke mendiang Ibunya sampai dia terus ingin komunikasi, dan jadi akar masalah di film Insidious 3.

Juga gimana hangatnya keluarga Warren dalam pembasmian isu per-cenayang-an!

Even horror movies are romantic for me, kecuali yang keramas, loncat-loncat dan bunuh-bunuhan ya, I need to emphasize this.

Plus for those yang nutupin mata kalau nonton film horror, terutama Aya; teman setia nonton sekuel Insidious yang nutupin mata pake LKS dan cuman liat subtitelnya doang. Geez, you all better give your 35K rupiah to me.

Happy weekend cool people!
Diella
My other family; Mama Fida dan annoying sister Farah.
Jangan heran, Mama Fida sedang mimikri sama kursi XXI.

ps. Ada rekomendasi film horor yang berkonsep family-bonding lain?


Selasa, 16 Agustus 2016

throwback; THAILAND

Baiklah

Liburan yang sangat menyenangkan aku habiskan hampir seminggu di kamar rumah sakit yang tempat tidurnya sangat membuat Simboke bahagia; ada remot yang bisa naik-turun-miring si dipan.
Juga berjumpa dengan mas laborat yang mengambil darah sehari dua kali; bisa cinlok saya mas.

Ohiya, ada funfact dari rumah sakit yang aku sadari, yaitu

Mau menu makannya selalu ganti sehari tiga kali, rasanya semua sama sahabat. Serasa mejik sekali memang.

Kemudian di hari ke-4 Amanda Rizka membawakan nasi ayam KFC yang sangat berjasa memanusiakan lidah saya!
Di hari ke-5 Anindita membawakan kebab juga Mbak Kinan membawakan masakan Fikri, si calon chef hebat yang dijual di Food Festival di JEC; Chick This Out!

Plus wtwt yang bawa ransum penuh gizi.

You guys are my saviors, really!

Seminggu lebih bergulat dengan trombosit juga mabok jus jambu plus angkak dari Arba reminded me of the Thailand trip tahun lalu.

Jam tiga pagi buta..
Naik ambulans..
Ke rumah sakit akademik Mahasarakham University..

Karena

Alergi seafood kambuh! HA HA HA

Let me ask, what is best about Thailand? Seafood pak bu mas mbak!
And I am allergic to it.

Learning point: kita suka lupa kalau hidup sebenarnya adalah kompetisi dengan diri sendiri....

....untuk tidak makan seafood kelewatan sampe sekujur tubuh bengkak dan muka kayak abis dihakimi masa

Selama perjalanan di ambulans jam tiga pagi aku ditemani oleh Buddy bernama Am, yang dengan sabar mentranslate pembicaraan antara aku dengan abang dokter. Juga menjelaskan tata cara minum obat yang tulisannya pakai Thai alphabet (aksara jawa aja kaga bisa saya baca).

Paginya saat sarapan anak-anak ketawa prihatin pas aku bilang
"Ini pertama kalinya aku naik ambulans sebagai korban jam 3 pagi, korban tomyam udang semalem."

Di Mahasarakham aku berhutang budi ke Am karena pagi buta aku 
1. ketok kamarnya
2. kaget liat mukaku
3. temani aku ke rumah sakit

Trip kami lanjutkan ke Bangkok, sempat kesasar ketika mau ke Asiquatiqe
"Kok kita masuk gang begini ya."
"Berasa di GTA guys, balik balik gelap banget ini."

Imajinasi kami sangatlah advance sampai ada di titik; takut dibegal pemain GTA.
Like seriously.

Sejak berangkat sampai balik Jogja, hutang budi aing sama Mas Anan a.k.a Beruk. Your kindness is beyond bro, terimakasih banyak dan doakan saya secepatnya bisa balas budi yak!

Mas Beruk, Mas Kevin, Manda, Angel dan Irene, thank you for the trip!

Cheers!

Diella, yang suka ngerepotin orang.

Dapat bunga dari Tata Mags Sel sayangku.


Sabtu, 13 Agustus 2016

Tidak Genap


Ada yang tidak genap, di bawah lampu neon redup di ruang tengah
Rupanya, ada yang belum seutuhnya terbebaskan
Merantai dalam idealisme yang tak kunjung terpuaskan
Prinsip ketat mencekik diri ternyata

Halo, aku berjumpa dengan pantulan diri
Menanyakan masa depan yang kata orang bisa dirancang
Kemudian aku merasa senewen; ganjil

Berdamai dengan diri menjadi syarat
Hai, mari berdamai
Rupanya, ini tak sederhana
Lalu menjadi rumit

Dari nol ya, mbak
Nyatanya aku bukan pom bensin
Tidak semua bisa dari nol, ketika sudah dibangun pondasi
Jangan menipu diri, mbak

Bahkan belum kamu temukan dirimu
Jangan muluk dengan konsepmu
Pergi
Ciptakan langkah, temukan dirimu

Tidak genap rasanya, ini dirimu tapi asing
Rupanya

Sabtu, 30 Juli 2016

(huge) Dream(s)


That psycho who shot Christina Grimmie couple weeks ago is just edan nggak masuk di akal semua -makhluk hidup. Bahkan di akal tanaman yang nggak punya akal. Kalimat barusan selalu ada di kepala sembari nulis post ini ditemani coveran mendiang Grimmie yang suaranya maha dahsyat.

5 menit lalu Simboke ada di sebelah mendengarkan aku bercerita menggebu-gebu tentang penembakkan si Grimmie, Simboke manggut-manggut dengan raut prihatin (yang aku yakin nanti sore sudah lupa siapa itu Grimmie).

Fokus, yel.

Aku suka liburan, artinya ada waktu luang untuk membersihkan kamar yang sudah tidak terlihat seperti kamar manusia. Artinya ada waktu untuk goler-goler nonton drama korea, juga sekroling instagram melihat orang lain yang sukses kesana kemari berbagi manfaat.

And here I am like, bentar bangunin 5 menit lagi buk.

I do have big dreams even huge dreams juga plan untuk mimpi besar tersebut, tapi aku takut.

"I have very big dreams, they scare me."- Zhifa

Me too.

Aku takut semua itu berakhir menjadi wacana. Atas berbagai kegagalan hingga pada poin aku sudah terbiasa dengan balasan email yang berbunyi

There were a large number of highly competitive candidates and we regret to inform that your application was not success in this occasion.

Kalau kata Dio, calon artis yang semoga gak gagal debut, ketika kami membahas urusan kampus,

"Kadang kita harus bersyukur mendapat ke-apesan ki, soalnya Tuhan masih fair tentang masa depan. Kan ga ada yang tau coy."

Tumben berbobot le ngomong. And quote of the year goes to his!

Kata orang, kalau rencana A gagal masih ada 25 alfabet lagi.

Aku ingat dalam sebuah pelatihan di kampus, Lutfi Chabib sebagai resource person bilang

"Jangan takut terlalu jauh bermimpi, karena jarak kamu dan mimpimu hanya sejauh dahi dan sajadahmu."

Again, I keep thinking; do I deserve those dreams to be reality?

And one side of me; yes you do if you decide so. InshaAllah.

Rabu, 27 Juli 2016

7 Hours with Myself

Tulisan ini ditulis di lantai dua smoking-room coffee shop di jalan sudirman. (NO, I don't smoke. Karena non-smoking room terlalu sumuk dengan AC yang terkalahkan panasnya Jogja.) At least ada angin sepoi-sepoi di lantai dua, dan hanya ada satu pengunjung yang merokok. I still can handle this.

Humans think, they are the best planners, yet the reality; God is the best planner and executor. 

Seperti manusia pada umumnya, aku percaya dengan kalimat di atas but susah juga bos untuk betulan dijalankan. But I have been trying tho.

Salah satu escape mechanism-ku untuk menjalankan kalimat di atas adalah dengan 7 Hours with Myself. Yes, sounds so nestapa karena sendirian aja mbak?

Hari ini aku berencana ke perpustakaan yang katanya terbesar di asia tenggara di daerah Janti, tapi ku tak percaya cos you know how media exaggerate on something for the sake of 'booming news'.
Aku menstater kendaraan pukul 10 pagi, heading to salah satu mall di jalan solo untuk beli tiket Rudy Habibie dan nonton bersama Simboke sore nanti. Semakin pagi semakin bagus untuk ngantre karena jumlah pengunjung sinema berbanding lurus dengan semakin petangnya hari. That's my theory and I do believe. 

Mampir sebentar ke Books and Beyond not buying anything becoz nanti ku tak bisa jajan mamam.

Melihat macetnya jalan Solo dari arah timur ke barat mengurungkan niatku ke perpustaakan di daerah Janti, karena keluar mall harus puter balik untuk ke arah timur. Guess you know which mall.

Kue laba-laba abang-abang di depan di SD Masjid Syuhada would be good idea, I thought. Tapi sepertinya wrong timing. I do love kids, tapi tidak sebuanyak ini. Istirahat Dzuhur adalah waktu dimana murid SD dan SMP Syuhada ambyar di masjid untuk sholat dzuhur berjamaah, untuk berjalan di plataran menuju tempat wudhu, aku nabrak banyak precil either they nabrak me. Saking penuh precil berseragam hijau.

Turned out, abang kue laba-laba tidak berjualan hari ini. Hatiku sedih.

Aku memutuskan duduk lesehan dengan tikar yang digelar di atas trotoar. Memesan lotek juga es beras kencur bapak gerobagan. I commit not to makan di pinggir jalan dengan piring dan gelas yang hanya dicuci dengan air se-ember dalam satu hari. Hey don't judge me dulu ya.

I used to like makan dipinggir jalan, mie ayam pinggir jalan yang semakin banyak boraks dan saos bagong, semakin ena'. Atau nasi goreng kambing yang cucian piringnya hanya se-ember dengan penjualan 100 piring tiap malam. I don't mind having breakfast or lunch or even dinner di penjual gerobag pinggir jalan. Tetapi semua berubah setelah aku mengikuti pelatihan tentang penyakit Hepatitis.

That disease is so scary, dude.

Tapi siang ini I break my commitment dan menikmati lotek dan es beras kencur di trotoar depan masjid Syuhada.

Di depan mataku siang ini adalah penjual makanan gerobag yang kebanyakan adalah pria. Kemungkinan besar mereka adalah tulang punggung keluarga, dengan berjualan es gulas, lotek atau bakwan kawi yang keuntungnya jauh dari cukup. I felt so guilty atas banyak hal yang tidak aku syukuri.

Kulanjutkan 7 Hours with Myself menuju kedai kopi di jalan sudirman, tempat aku duduk dan menulis post ini sekarang.

I think 7 Hours with Myself is good idea to know myself more through some simple moments.

Senin, 04 Juli 2016

Prasyarat.

Kata mereka, mereka menyukai sinar matahari

Penyeimbang jagad katanya

Kata mereka juga tanpa matahari, semua pasti jatuh tersesat dari porosnya

Termasuk bagian terkecil juga pemegang rekor subjek paling angkuh, siapa lagi kalau bukan manusia

Kata mereka, mereka menyukai sinar matahari

Tapi jika tidak terlalu menyengat

Jika mereka membutuhkan sandang untuk dikeringkan

Jika sudah jenuh dari minus derajat celcius

Jika ini

Jika itu

Semua bersyarat

Aku temukan aku salah; menyangka menyukai itu sederhana,

Semakin aku naiki anak tangga usia, ternyata definisi mengenai sederhanaku salah kaprah.

Kata mereka lagi dengan mantap bahwa menyukai itu sederhana

Nyatanya, sesak dengan jika dan prasyarat

Lalu, justifikasi mulai diajukan

Kata mereka lagi dengan penuh retorika, “Semua di dunia ini relatif.”


Yogyakarta, 4 Juli 2016

Asik sebentar lagi lebaran.


Jumat, 06 Mei 2016

The New Sexy

Nyata dan maya seminggu awal Mei ini sedang sibuk sepertinya. Mulai dari kasus Yuyun, si malang yang makin malang karena banyak "hakim" tuding sana sini. Main silet sembarangan di Jogja yang katanya berhati nyaman jadi suka parno pulang malem sendirian. Mahasiwa bunuh dosennya karena skripsi. Belum lagi pembunuhan mahasiswi di kampus sebelah yang juga sedang ramai dengan hashtag #bUKTicinta.

Barbie cape.

Tenang, post ini tidak akan membicarakan hal-hal melelahkan di atas.

Pagi ini dengan sepeda, aku menuju apotek pinggir jalan magelang untuk beli obat segala obat; Viva la tolak angin cair!
Di apotek itu juga teman SD, Dedi kerja part time. It has been 8 years we've been friend.
And this morning, he inspired me. A lot.

Obrolan singkat sembari membayar lima buah tolak angin (hey sidomuncul, pay me for stating your brand.) membuka kelopak mata yang masih bersatu tak bisa dikalahkan hore.

"Tumben pagi jaga Ded, libur kuliah ya?", aku membuka obrolan.
"Iya yel, tapi aku sekarang tiap hari jaga kok."
"Loh jam berapa aja?"
"Jam 5 pagi ampe 9 pagi, terus malemnya jaga lagi dari jam 10 malem ampe pagi."

See?

Kerja keras, cerdas dan ikhlas itu seksi.

Jumat, 22 April 2016

But, being Alpha Woman is Not Enough

Saya sangat setuju dan bersyukur atas jasa Kartini yang sudah mengeluarkan kaum wanita dari gelap menuju terang.
Saya setuju dengan tokoh feminist, Alice Walker yang menyatakan bahwa purple is to lavender as woman is to feminist.
Tidak bisa saya bayangkan jika 70 tahun perjuangan feminist movement gagal, dan woman slavery, negative prejudice dan discrimination tetap ada sebagai hal lumrah sebagaimana wajarnya; wanita itu lebih rendah.

Muncul lah typical wanita mandiri, problem solver, visioner yang katanya disebut sebagai Alpha Woman.

Alpha Woman - bagaimana bisa saya untuk tidak setuju dengan diskripsi wanita seperti ini? Yes, I cannot disagree with this idea.

But girls, being an alpha woman is not enough.

Mandiri; kebutuhan diri yang memang sanggup dipenuhi ketika kita menapak sendiri.
But girls, tidak lah layak predikat Alpha Woman kita lencanakan bahkan menjadi jumawa di hadapan ayah atau suami di masa depan.
Ada hakikat yang harus dijalankan bahwa kita ada di belakang mereka, sebagai pengikut dan pendukung.
Equality tidak berlaku disini, berbeda dengan ketika feminist menyeruakan equality in political position or work field.

Problem solver; ada kecerdasan dan intelektual yang kita rintis sejak dini, membangun kapabilitas dan kredibilitas dalam menyelesaikan masalah.
But girls, tidak lah layak predikat Alpha Woman kita lencanakan bahkan menjadi jumawa di hadapan ayah atau suami di masa depan.
Ada hakikat yang tidak boleh diabaikan bahwa kecerdasan kita tidak melulu menjadikan kita pemenang. Ada tutur kata lembut dan rasa mengalah yang menjadi hak absolut mereka.

Visioner; memandang jelas ke depan. Ada rencana, tujuan yang terstruktur dan mimpi-mimpi yang diupayakan menjadi nyata.
But girls, tidak lah layak predikat Alpha Woman kita lencanakan bahkan menjadi jumawa di hadapan ayah atau suami di masa depan.
Ada hakikat yang tidak boleh kita lupa bahwa ada restu yang wajib ada di kotak bekal kita dalam menggapai segala visi.

For me and girls out there, be the typical of Alpha Woman with heart.

Diella, Yogyakarta 22 April 2016, tengah malam pingin makan mi jawa rebus panas.

Minggu, 24 Januari 2016

I call it a short trip

The perks of musim hujan adalah kenyamanan tingkat akhir untuk goler goler di kamar sembari membaca dan menonton drama korea, tapi musim hujan andil besar dalam merubah rencana jadi wacana. Contoh, kemarin wtwt rencana nonton sunset di Ratu Boko dan berakhir nonton sunset sambil makan shihlin di Amplaz. Tidak berbobot.

Sudah 2016, banyak perjalanan pendek yang muncul kemudian usai dan mulai lagi dengan cerita lain. Autoimun, salah satu perjalanan pendek sejauh 20 tahunnya diella island.

Tenang, ini bukan tulisan tentang surviving yang penuh emosional dan rekomendasi klinik mana yang jitu.

Autoimun (cari aja di google apa maksudnya, malaz jelazin) sudah ada dibadanku sejak SMA kelas 2-sekitar 4 tahun lalu. Baiknya adalah aku terkena di tulang, atau radang tulang. It used to hit me hard  for the last couple years, wqwq kek lirik lagu. Sakit bro. Kenapa baik? Karena ada pengidap autoimun yang terserang di darah dan itu ngeri abis karena ada kemungkinan untuk meninggal mendadak.

Thanks to Allah, its getting better now.

What I am going to say here; the perks of sakit dan harus ke rumah sakit dalam jangka panjang, rutin terapi dan segala tetek bengeknya adalah aku melihat dan bertemu banyak sekali orang yang kurang beruntung kondisi fisiknya. Ketika antre untuk kontrol rutin glaucoma di Yap yang rame nya kayak mau nonton konser, aku ngobrol dengan ibu paruh baya yang mata sebelah kirinya udah nggak bisa lihat. Belau datang jauh-jauh dari Kediri dan harus antre dari jam 9 sampai 4 sore.

She said to me berkali kali, "Mbak jangan lupa obatnya yang rutin supaya nggak kayak saya ya pas besok udah tua."
I was smiling and nodding.

Ada efek yang luar biasa ketika rumah sakit sudah seperti rumah kedua; belajar untuk bersyukur yang sangat amat efektif, ESQ-ESQ ama mario teguh kalah dah.

Dan semakin lebar mata terbuka bahwa setiap orang punya perjalanannya masing-masing; ampuh sebagai motivasi untuk tidak mengeluh. Kata Fergie, "Big girls dont cry."

So thats one of my short trip within 20 years of breathing and eating.

Semoga segala resolusi 2016 tercapai!
Sebul cinta!

Minggu, 10 Januari 2016

Satu Frekuensi dengan Kaca Kedaulatan Rakyat

Aku tahu ini adalah h+2 ulang tahun Rubrik Kaca Kedaulatan Rakyat ke 8,

Aku juga tahu kalau sibuk kuliah sedang ujian dan segala tetek bengeknya sebagai alasan keterlambatan post kali ini, Mas Agung sebagai redaktur yang merangkap sebagai guru dan abang akan berkata
"RA URUSAN" atau "KAREPMU"

Aku tahu ketika liputan team tak layak dan berbagai alasan muncul sebagai pembelaan; Mas Agung sebagai redaktur yang merangkap sebagai guru dan abang akan berkata
"RA URUSAN" atau "KAREPMU"

Dan aku ingat bagaimana tinta merah itu berbaur menjadi satu dengan pola abstrak diatas liputan kami; sedih.

Memang, kontribusiku di Kaca sangatlah terbatas dan tidak totalitas. Tapi satu hal; aku selalu ingin berproses dalam satu irama dengan Kaca, dengan frekuensi yang sama.


Atas segala "RA URUSAN" atau "KAREPMU";
aku belajar bahwa satu kata "sanggup" atau "ya" dapat dituntut pertanggung jawabannya, bahwa satu kata "sanggup" atau "ya" berarti lebih dari tanda tangan di atas materai 6000; dan inilah pelajaran mengenai komitmen yang paling efektif menurutku.

Atas segala kesederhanaan Kaca, aku belajar bahwa kenyamanan rangkulan teman dan juga Mas Agung lebih mujarab daripada kenyamanan tempat secara fisik. Buktinya, mesin AC di sekretariat Kaca yang sudah menghasilkan butiran es batu dan kesejukan yang jauh dari harapan tak menghalangi kami untuk berkumpul.

Atas segala tauladan dari Mas Agung dan teman-teman, aku percaya bahwa Kaca tak sekedar tempat aku belajar menulis; tempat aku bisa berkaca dan menyadari segala cacat yang ada. Kaca tak sekedar nama, Kaca berhasil menjadi kaca-menjadi wadah untuk refleksi diri.

Atas segala "RA URUSAN" atau "KAREPMU"; itu lah alasan aku untuk selalu ingin kembali ada di Kaca.

Dan aku tahu akan ada "RA URUSAN" atau "KAREPMU" yang lain karena aku menulis ini namun aku tak kunjung hadir di Kaca; aku terlalu takut untuk bilang bahwa aku terus mengusahakan kembali dan berkontribusi dengan baik.

Tapi satu hal; aku selalu ingin berproses dalam satu irama dengan Kaca, dengan frekuensi yang sama.

Semoga kejujuran dalam tulisan ini terasa.

Terimakasih Mas Agung dan teman-teman untuk 3 tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya.

Selamat ulang tahun untuk kita semua, kalau Kaca itu dedek emesh sekarang udah kelas 2 SD. iyo iki ra lucu.

Selasa, 10 Februari 2015

Sentimental

Harga memori sebatas unggahan sosial media.
Miskin memori.
Memori dijual murah demi interpretasi sesaat.
Memori diumbar bebas, selepas langit di bulan Mei; tak dibatasi awan sama sekali.

Sempitnya bilik privasi-mendesak sesak.
Hal yang diberi untuk dijaga, dengan mudah dibuang, dengan sengaja dirampas.
Melahirkan sendiri status diri. Aneh.
Merk barang yang melekat di tubuh sengaja diinformasikan ke semua-demi status sosial yang tidak memberi keuntungan.
Pencitraan menjadi lebih penting dari pencapaian.

Tingkat sosial hanya sebatas seberapa sering menghabiskan waktu di coffee shop.
Unggah sana unggah sini, tak peduli semesta.
Ketulusan seakan hilang tergantikan setelah melabeli nama orang lain di unggahan.
Kemudian memorinya hilang.
Memiskinkan kenangan.
Fakir momentum.

Dimana, dengan siapa sedang apa seakan menjadi sangat penting untuk dipublikasikan.
Siapa orang tua, seberapa penting posisi sosial mereka, background keluarga disuarakan lantang.
Patokan kehebatan makin menyempit dan menyempit.
Dibutakan suara-suara maya.

Semesta yang aneh, atau aku yang berpikir seperti orang jaman 1870?





Rabu, 07 Januari 2015

Beauty part#2

Sejauh mata memandang melihat teman teman yang berpacar udah ada 2 orang yang hapenya dibanting sampe pecah porak poranda berantakan.

Entah apa masalahnya, menurut saya yang beli henpon pake duit sendiri setelah menabung dari setiap lebaran dan enggak jajan dalam jangka waktu yang tidak singkat; membanting hp pacar untuk menyelesaikan masalah itu kayak lo demam terus obatnya diapet. Ga bakal kelar masalahnya, sampe overdosis pun.

Mari kita membedah lebih lanjut atas post diella bulan Agustus lalu dan post maha besar blogger Viera tentang beauty and pretty.

Langsung ke contoh praktikal aja kali ya;
For men out there, her mindset will raise your children not her body and good looks.

Cantik itu akan disadari ketika kita sudah mengenal dan memahami alur hidupnya, mengerti jalan pikirannya dan membiarkan mata hati yang menilai. Bukan mata fisik.
Cantik itu ketika kita menjadi saksi hidupnya dalam melakukan kebaikan, dan mempengaruhi kita untuk melakukan kebaikan juga.

Beauty gets the attention, but personality gets the heart.

Ketik DZ kirim ke 9988 untuk mendukung diella menjadi cantik luar dalam demi imam sholeh mapan dan tampan di masa depan!


Cheers!



Selasa, 11 November 2014

Menulis

Pagi ini aku memulai hari dengan belajar di e learning di yutup tentang beberapa teori manajemen basic-I learn better by listening- sayangnya Ibu selalu parno tiap liat anaknya buka laptop dan berbunyi, maklum Ibu saya trauma liat anaknya tiap hari nuntun drama korea.

Hal yang paling aku perhatikan dari teori Maslow adalah tentang self-actualization, tentang kebahagiaan diri, tentang menjadi diri sendiri.

Di dasboard penuh post Aya, dia menulis ketika dia resah, sebenarnya kami bukan hanya dia, dan penulis amateur lain yang menjadikan blog sebagai pelabuhan atas segala bualan.

Aku selalu merasa menjadi diri sendiri ketika menulis, aku merasa layar putih dengan judul "entri" adalah tempat tepat aku berbual-tanpa ada yang mengkritisi.

Aya yang menulis segala keresahannya sejak tahun-entahlah-yang isinya dari hal alay hingga bahasanya mulai terlihat dewasa. Aya menulis dengan sangat jujur, penuh ketulusan dan rasa membutuhkan untuk menulis.

Atau kami menjadikan blog sebagai diary paling aman-menaruh segala curahan dalam bentuk draft-dan tak akan mempublishnya.

Menulis bagiku seperti piringan hitam yang merekam potret demi potret kehidupan. Aku akan tertawa membaca post pertama kali dan bergidik "jadi aku yang dulu segininya ya-drama queen abizh".
Bagaimana aku merasa tumbuh hanya dengan membaca post demi post dari tahun ke tahun.

Based on Maslow's Theories, aku melakukan teori ke-5 nya dengan menulis; bahagia dan menjadi diri sendiri. 

Jumat, 29 Agustus 2014

Beauty

hai aku sekarang makin hari makin gak ada kerjaan makin suwung makin banyak nonton korea korea makin banyak liat orang orang cantik makin merasa buruk rupa.

sering kita tidak sadar banyak orang cantik di sekitar kita yang hanya bisa dilihat kalau kita mengenal jauh, memahami sudut pandangnya dan mendengar ceritanya.

sering kita dibodohi mata untuk mengatakan orang lain cantik, dan ketika hanya mata yang bekerja saat itulah kita tertipu.

sering kita tidak memahami perbedaan antara cantik dan cantik. Karena hanya ada satu kata sifat yang menggambarkan itu di bahasa kita, coba kalau aku bilang kadang kita tidak bisa membedakan antara beauty and pretty.

kenali, pahami, dengar


Minggu, 02 Maret 2014

Do not underestimate those cliches

Post ini akan berisi banyak hal klise, membosankan dan apa-banget-sih-kayak-nggak-ada-hari-esok-buat-menyelesaikan-yang-tertunda-aja.

Untuk adik-adik yang baik hati.

Udah bosan belum sama kalimat yang sangat klise; "Inget lho penyesalan itu munculnya di akhir?"
atau udah biasa jawab "Iyalah kalau di awal namanya kesadaran kali." sambil cekikikan.

Coba baca ulang 2 kalimat di atas dan benar benar resapi. Banyak makna yang tersirat disana dan sudah kita tahu. Tapi sayangnya sekedar tahu aja nggak cukup, harus benar benar paham dan dilakukan. Kita tahu caranya renang; tinggal kipat kapit kaki tangan doang kan. Tapi percuma kalau nggak dilakukan secara nyata; kita selamanya nggak akan bisa renang. Itu analogi gampangannya.

Teruntuk kalian yang akan seperti kami tinggal setahun atau 2 tahun lagi.
Seberapa keterlaluannya kita bilang "alah masih lama juga kan."
Ini bukan soal waktu yang bakal ngejar kalian; kalian semua punya porsi sama 24/7. Ini soal kalian menyepelekan waktu atau tidak, soal kalian ngatur waktu apa nggak.
Semakin kita menyepelekan, semakin kita akan terbunuh nantinya.

Teruntuk kalian yang terlena sibuk dengan hal yang sesungguhnya bukan kewajiban, namun (memang) hal itu dibutuhkan untuk menunjang kewajiban yang kalian emban.
Kepanitiaan dan segala tetek bengeknya itu penting. 
Yang nggak penting adalah tanpa sadar merusak kewajiban yang harusnya dipenuhi.
Kan nggak sadar, berarti nggak apa apa dong?
Iya nggak apa apa kok. Kegores nggak sadar juga nggak apa apa, kegoresnya terus terusan sampai akhirnya jadi borok dan susah disembuhin.

Teruntuk kalian yang jumawa ngerasa "Alah unas dan segala ujian buat masuk PTN bisa kali dikejar setahun doang pas kelas 3."
Ah kita samaan mikirnya, kalau mau sama sama keteteran kayak kami silakan dilanjut pemikiran itu ^^.

Teruntuk kalian yang belum menyadari rumitnya sistem.
Terlalu banyak sistem yang akan kalian hadapi nanti, semakin tahun sistemnya semakin nggak bisa ditebak.
Shut those systems down by having your own sword.
Itu tuh belasan deret angka yang membujur di buku tebal yang dibagikan tiap akhir semester dan materi yang dikuasai yang bakal jadi amunisi kalian.

Teruntuk kalian yang belum memahami manfaat atas segala yang (semoga) kalian perjuangkan sekarang.
Ini miris banget buat aku tiap liat banyak temen temen lain yang dengan lancarnya mempelajari materi yang segendrambrek itu. Dan kalau diinget, nah bener mereka mereka yang lancar ini pas kelas 2 dan 1 menyadari bahwa yang dipelajari bakal berguna nantinya-dan maksimal belajarnya. And I am here like.... ya ampun kalau aja ya.

Ih ini bawel banget. Iya emang bawel. Well, kami keteteran soalnya nggak pernah mau ngemahamin yang bawel bawel pas kami ada di posisi kalian.

Klise sebenernya apaan sih-hal yang diulang mulu. Kenapa sih diulang-soalnya emang itu benar adanya.
Ini klise. Ini harus dipahami. Karena ini benar dampaknya.

Belajar dari kami ya.




OH IYA DOAIN KITA YA YANG NGGAK DOAIN NANTI AMBEYEN. XOXO


Sabtu, 17 Agustus 2013

Indonesia.

Pernah dengar ungkapan "The other's grass is always greener" ?

Akan ada dua hal yang muncul dalam benak kita saat ungkapan tersebut telah terpatri dalam diri.

Saya mulai dari hal yang paling buruk; rendah diri.
Iya. Rendah diri, bukan rendah hati. Tapi rendah diri atau kasarnya, minder.
Akui, sudah berapa besar ratio umur kita yang kita lakukan untuk terus melihat keatas? Mungkin 17 tahun umur saya, 15 tahun saya habiskan untuk minder, tidak bersyukur dan terpaku untuk hanya mengagumi kelebihan orang lain.
"Kenapa saya tidak diberi kecerdasan yang luar biasa yang selalu saja juara kelas?"
"Kenapa saya tidak diberi anugerah bernyanyi seperti mereka yang dikagum diangung-agungkan, saya juga ingin."
"Kenapa merk baju saya hanya ini ini saya, kenapa saya  tidak bisa berbelanja harian di mall setaraf dengan grand indonesia?"
"Kenapa liburan saya hanya dihabiskan di dalam negeri, tidak seperti keluarga yang lain bisa kemana saja bolak balik kantor imigrasi karena paspornya penuh sesak cap cap imigrasi luar negeri?"
Dan terkubur dalam kekufuran yang tidak akan habis.

Menggerogoti diri sendiri tanpa ada usaha.

Berapa besar ratio bangsa kita yang merasa tertinggal melihat bangsa lain?
Tidak banyak orang yang sudah saya kenali dan hampir semua dari teman teman saya tersebut, sedarah tanah air dengan diri saya dan semua (termasuk saya) menjatuhkan diri dalam keterpurukan bangsa, iya ikut jatuh bukannya menopang. Bahkan belasan tahun hidup di negara yang sudah "merdeka" selama 68 tahun ini, kita sama sekali tidak mengindahkan apa arti merdeka. Selalu saja mengagumi bangsa lain, tanpa ada aksi memperbaiki diri dengan belajar dari mereka.

68 Tahun. Bukan waktu yang belia untuk tidak maju dan merasakan arti merdeka yang sesungguhnya. Kadang saya berpikir "Mau jadi apa negara ini kalau generasi mudanya sudah merencanakan untuk berpindah kewarganegaraan saat sudah dewasa, karena sudah sumpek dengan segala kemlaratan yang ada."

Kita terlalu banyak mendongak, mengagumi rumput tetangga hingga lupa menyiram rumput di halaman sendiri.

Mari kita belajar dari tetangga terdekat; Singapura.
Mungkin ada benarnya "Tua itu pasti, dewasa pilihan."
Singapura benar benar lepas dan berdiri sendiri pada tahun 1965. 48 Tahun, iya baru 48 tahun, ia  memang muda tetapi memilih untuk menjadi dewasa.
Indonesia? Mungkin ia masih ingin menjadi anak anak diusia 68 tahunnya.

Saya hanya takut bangsa kita terus menyesal dan menyesal. Barusan saya diingatkan oleh seorang teman atas opininya.

Ingin rasanya saya hadir di Departemen Pertambangan RI pada tanggal 7 April 1967 (Indonesia masih berusia 21 tahun) dan mengurungkan niat Ir. Slamet Bratanata (Menteri Pertambangan) untuk menandatangani Kontrak Kerjasama dengan Freeport Sulphur beserta koleganya, mencegah para insinyur asing mengeksploitasi ribuan hektar lahan terhampar luas di pegunungan Jaya Wijaya yang terpendam jutaan ton tembaga dan emas di dalamnya seraya menunggu Indonesia melahirkan segudang sarjana, insinyur, serta doktor di kemudian hari. - Idham Raharfian


Hal kedua, simpel saja.
Energy and Integration.


Terserah bangsa kita akan memilih yang mana. Poin pertama yang memang mudah dilakukan namun efeknya runyam, serunyam opini saya yang mungkin berbelit belit.
Atau poin kedua, simpel namun dalam.

Maju Indonesiaku.